SELAMAT DATANG TELAH BERKUNJUNG DI BLOG KAMI AHBAB MERAUKE AHBAB MERAUKE /Abdul fatah Halaqoh Semangga: Perjalan Abadi

Senin, 12 Agustus 2013

Perjalan Abadi


PERJALANAN ABADI


Marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT. dengan sebenar-benarnya taqwa, kita laksanakan
perintah-Nya dan kita jauhi laranganNya. Kita syukuri ni’mat pemberianNya, ni’mat kesehatan,
kekuatan dan berbagai kebutuhan yang tersedia dimana-mana, untuk melengkapi perbekalan kita
menuju tahap-tahap berikutnya, terutama tahap menempu perjalanan panjang diakhirat.
Sungguh suatu kesengsaraan yang tiada tertanggungkan dan penyesalan yang tiada terkira,
kalau akhir perjalanan ini, berhenti disebuah jurang yang paling dalam, jurang penderitaan yang
tiada terperikan, jurang raungan dan jeritan yang tak mengenal belas kasihan, yaitu jurang Neraka
Jahannam tempat penderitaan yang tak pernah ada penghabisan.
Kaum Muslimin .......................!
Setiap orang yang akan menempu sebuah perjalanan, pasti dia akan bertanya pada orang lain,
bagaimana kiranya suka duka dalam perjalanan ini. Apa persiapan yang harus dibawa, dimana
tempat menginap dan kepada siapa dia bisa meminta pertolongan bila ada kesulitan.
Wahai semua orang yang memiliki rasa..! Wahai orang yang berakal.! Wahai orang yang tidak
ingin menderita dalam perjalanan abdai...! Wahai orang yang tidak ingin menyesal dalam
penyesalan yang tak berkesudahan...! Bagaimanapun sengsaranya perjalanan dunia ini. Betapapun
melaratnya hidup ini, masih ada tempat untuk mencari perlindungan. Masih banyak pohon yang
tumbuh, masih banyak buah-buahan yang bisa dimakan. Masih banyak air yang bisa diminum, masih
banyak kebutuhan yang tersedia dimana-mana.
Kalau kehabisan bekal, masih ada teman yang bisa membantu. Kalau ditimpa musibah, masih
ada saudara yang bisa menolong. Kalau menderita sakit, masih ada obat yang bisa menyembuhkan,
ada keluarga yang bisa menghibur. Kalau lemah tak berdaya, kalau sakit semakin parah, kalau tidak
bisa berjalan, masih ada ayah dan ibu yang memapah, masih ada kenderaan yang bisa membawa
kerumah sakit.
Wahai orang yang ingin mengambil ibarat dari perjalanan ini..! Wahai orang yang pernah
menderita didunia ini..! Wahai orang yang pernah kelaparan berhari-hari....! Wahai orang yang
pernah meraung-raung kesakitan..! Betapapun sengsaranya hidup ini, bagaimanapun sakitnya derita
dunia ini, masih ada jalan untuk bisa disembuhkan, masih ada orang yang bisa memberi pertolongan.
Tapi kalau diakhirat, semua orang harus berjuang sendiri, tidak ada tempat untuk mencari
pertolongan. Mengapa kebanyakan orang lebih mengutamakan bekal dunia..? Kenapa mereka
abaikan bekala yang akan dibawa dalam perjalanan “abadi” diakhirat..?
Kaum Muslimin....!
Tahap pertama perjalanan akhirat ialah alam barzakh yang sunyi, alam kubur yang sempit,
alam penantian yang amat mencekam, masa tunggu yang paling menakutkan.Dikubur, orang
menderita dalam kesendiriannya, meraung-raung tak ada yang peduli, menjerit kesakitan tak ada
yang belas kasih. waktu demi waktu penuh penderitaan, hari demi hari berganti penuh
kesengsaraan. tiada waktu tanpa siksaan, tiada hari tanpa jeritan. penyesalan dan keluhan, tidak
mengurangi siksaan.
Demikian itulah balasan bagi orang-orang kafir dan durhaka, yang tidak mau peduli dengan
peringatan Allah. mereka bermandikan noda dan dosa berpekepanjangan. Mereka terlena dengan
ksenangan dunia yang akan binasa dan melupakan kesengsaraan akhirat yang tiada terkira. mereka
terus berjuang hanya untuk kesenangan dunia semata, mereka tidak lagi menghiraukan kehidupan
yang abadi sesudah mati. Mereka terus-menerus hidup dalam kebebasan, mereka terus menerus
hidup dalam kebebasan, mereka terus menerus mengejar kepuasan. akhirnya sampai tiba ajal,
mereka tidak sempat menyiapkan bekal yang justru untuk kepentingan yang amat panjang,
kepentingan yang abadi dinegeri pembalasan.
Satu-satunya harapan ialah harta yang ditinggalkan, atau anak-anaknya yang mendoakannya.
Namun, harapan itu bukan saja sirna melainkan berganti dengan siksa berganda.
Harta digunakan oleh anak-anaknya dalam kemungkaran berhura-hura tanpa batas,
bersenang-senang dalam kedurhakaan. Anak-anak sibuk dalam kebebasan, bergelimang ma’shiat tak
pernah mengenal puas. Semua itu berubah menjadi siksa yang diterima oleh orang tua, selama masa
penantian, akibat kelalaian mendidik anak dan menyalah gunakan harta selama hidup didunia.
Kuburan, bukan tempat peristirahatan terakhir, melainkan tempat penantian panjang yang
menakutkan. Sebuah riwayat menyebutkan bahwa Sayyidina Utsman r.a selalu menangis setiap
berdiri diatas kuburan. Seseorang sahabat menegurnya. “Kenapa engkau slalu menangis bila berdiri
diatas kuburan Wahai Amirul Mu’min”..? Beliau menjawab. Bagaimana saya tidak menangis, Nabi
Muhammad saw. pernah mengatakan bahwa “kubur adalah rumah pertama menuju akhirat”. Jika
didalamnya orang selamat, maka ia akan mendapatkan kemudahan sesudah itu, tapi kalau
didalamnya orang menerima siksa, maka sesudah itu ia akan lebih sengsara lagi”.
Kuburan adalah rumah yang tidak pernah dipikirkan oleh kebanyakan orang. Kuburan adalah
penginapan pertama menuju akhirat, tapi bukan penginapan yang penuh dengan kelezatan dan
keni’matan, melainkan penginapan derita yang tidak pernah berakhir.
“Kubur”, juga tempat menunggu yang amat mencekam, bukan menunggu kebebasan dan
pengampunan, melainkan menunggu hari yang lebih dahsyat, hari “kebangkitan” semua manusia.
Sungguh, suatu perjalanan yang penuh teriakan dan jeritan yang tidak dipedulikan, perjalanan
yang penuh resiko dalam “kesendirian”. Perjalanan panjang yang tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu, perjalanan abadi tidak berpenghujung .
Alangkah menyesalnya dan betapa sengsaranya., kalau abadi dalam siksa “Jahannam” yang
amat membara.
Kaum Muslimin.......................!
Hari kebangkitan adalah fase kedua dari “kesengsaraan” akhirat. Hari itu, semua manusia
bangkit dari kuburnya, dalam keadaan yang mengerikan. Bermacam-macam bentuk wajah dan
beraneka bentuk badan, berbagai penyakit yang diderita dan beragam kesengsaraan yang dialami.
Ada yang buta matanya., ada yang mengeluarkan nanah dan darah dari mulutnya, ada yang
berbentuk binatang. Ada yang mengulurkan lidahnya sampai kedada, dan banyak lagi bentuk-bentuk
lainnya yang mengerikan.
Semua mereka yang bangkit itu harus berangkat menuju Mahsyar, tidak ada alasan bagi yang
sakit, tidak ada keluhan yang didengar. Semua harus berangkat dengan daya apapun.
Nabi Besar Muhammad saw. memberitahukan bahwa.,”manusia akan dibangkitkan pada hari
kiamat nanti, terbagi atas tiga kelompok besar. Pertama berkendaraan, kedua berjalan kaki dan
ketiga berjalan dengan wajah”. Para sahabat bertanya. Apakah ada orang yang berjalan dengan
wajahnya..? Nabi menjawab : “Allah yang berkuasa menciptakan manusia berjalan dengan kakinya,
pasti akan mampu pula menciptakan manusia berjalan dengan wajahnya”.
Berjalan atau berkenderaan, adalah isyarat bahwa antara kubur dan mahsyar ada mempunyai
jarak, apakah jarak itu seribu kilometer, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.
Namun kalau didunia ini, jarak itu belum berarti apa-apa. Bagaimanapun jauhnya, betapapun
panasnya, masih ada pohon tempat bernaung, masih ada sungai untuk melepaskan dahaga, masih
ada angin bertiup untuk memberi kesejukan dan masih banyak rumah makan atau bekal yang bisa
dibawa.
Tetapi kalau diakhirat, semua itu bukan saja tidak ada, melainkan merganti menjadi derita dan
sengsara yang tiada terperi. Yang berjalan kaki harus berjuang sendiri, yang meraung-raung
kesakitan tiada yang perduli, yang sakit harus pergi walaupun merintih, yang merangkak tiada yang
belas kasih. Semua harus menuju kesatu arah dan mesti berkumpul, bukan dibawah jembatan dan
bukan pula dibawah teriknya matahari padang pasir, melainkan dibawah alam padang mahsyar yang
amat mencekam.
Disana tidak ada kursi bagi yang terhormat, tidak ada ruangan khusus bagi pembesar. Tidak
ada perawatan bagi yang sakit keras, tidak ada tempat berbaring bagi yang menderita. Disana tidak
ada pembesar dan pejabat tinggi negara. Semua orang telah menjadi hina dan tidak berdaya
sedikitpun, semuanya harus berdiri dan menunggu.
Bukan menunggu saat istrahat bagi yang tidak mampu berdiri, bukan menunggu disuguhkan
makanan bagi yang kelaparan berhari-hari, bukan menunggu pertolongan bagi yang menderita tiada
terperi, melainkan menunggu keputusan terakhir, apakah selamat atau lebih menderita untuk
selamanya .
Sungguh dahsyat dan mengerikan, hari itu semua manusia, entah berapa jumlahnya, layaknya
telah menjadi pengungsi besar-besaran tanpa tujuan, berkumpul disatu padang sahara dalam suhu
yang amat panas dan mencekam, tidak ada sebatang pohonpun sebagai tempat berteduh, tidak ada
angin bertiup sedikitpun untuk memberi kesejukan.
Hari itu benar-benar hari penyesalan yang tiada berkesudahan, hari pertanggung jawaban
setiap sen dari harta dan setiap detik dari umur. Hari dimana tidak didengar lagi setiap alasan, tidak
diterima lagi keluhan orang-orang durhaka dan tidak diperdulikan lagi ratapan orang-orang zhalim.
Karena dahsyatnya hari itu, orang-orang kafirpun meminta kasih sayang Allah dengan berseru
 “Yaa Allah..., sayangilah kami walaupun nantinya kau masukkan kedalam Neraka”.
Hari itu semua orang ketakutan yang amat dahsyat, semua orang tidak ada yang menoleh
kekiri dan kekanan. Ayah tidak lagi bisa menolong anaknya, suami tidak lagi memperdulikan istrinya,
kakak tidak lagi menghiraukan adiknya, sahabat tidak lagi memperdulikan temannya.
 “Hari dimana seseorang lari dari saudaranya, lari dari ibu dan bapaknya, lari dari istri dan
anaknya”. Abasa 24 - 26.
Pandangan semua ummat dihari itu hanya tertuju kelangit, sementara menghadapi ketakutan
yang amat dahsyat, mereka dilanda kelaparan dan kehausan yang tiada terperikan. Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa karena telalu lama menunggu dan dahsyatnya alam mahsyar, leher
mereka seakan pecah karena kehausan dan perut mereka seakan hangus terbakar karena kelaparan.
Andaikata ada orang yang membawa segelas lumpur yang busuk, pasti mereka berebutan
karena sangat membutuhkan sesuatu yang sejuk masuk kedalam perutnya.
Sungguh sangat mengerikan bila dibanding dengan kesengsaraan dunia. Karena itu mari kita
persiapkan diri ini untuk menghadapi hari yang dahsyat itu. Kita gunakan dunia ini sebagai alat untuk
menyelamatkan diri diakhirat, kita sisihkan sebagian harta untuk melengkapi perbekalan dalam
menempu perjalanan panjang yang penuh resiko. Kita siapkan amal kebajikan, untuk menghadapi
masa tunggu yang paling mencekam. Kita maafkan kesalahan orang untuk menghadapi pemeriksaan
yang amat teliti. Kita tinggalkan segala sifat yang tercela untuk menghadapi pertanggung jawaban
dihadapan Allah SWT. Kita mohon ampun dari segala dosa dan kesalahan, kita sesali segala
perbuatan tercela selama ini, agar kita tidak menyesal dalam penyesalan yang tidak berakhir.
Semoga Allah SWT. memberi kita kekuatan lahir batin, dalam mempersiapkan bekal amal
kebajikan, menuju perjalanan panjang diakhirat. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar