Zaid
al Khoil, seorang badui (dari desa atau pedalaman padang pasir Arabia) yang
telah memeluk Islam datang ke Madinah untuk menemui Nabi SAW. Setelah
menambatkan untanya di depan masjid dan menyampaikan salam kepada Nabi SAW, ia
berkata, "Ya Rasulullah, saya telah melelahkan kendaraanku selama sembilan
hari. Setelah itu saya menuntunnya lagi selama enam hari secara terus menerus.
Berpuasa di siang hari dan jarang tidur di malam harinya, sehingga tungganganku
sangat lelah. Semua itu saya lakukan hanya untuk menanyakan dua masalah yang
merisaukan saya sehingga saya susah tidur….!!"
Nabi
SAW memandang lelaki badui itu dengan kagum, seorang muslim sederhana yang
telah berjuang begitu beratnya menempuh perjalanan jauh untuk memperoleh
penjelasan langsung dari Nabi SAW tentang dua masalah. Beliau bersabda,
"Siapakah engkau?"
"Zaid
al Khoil (Zaid, sang unta)…" Kata Zaid.
Tampaknya
Nabi SAW kurang berkenan dengan namanya tersebut, seolah-olah kurang jelas
mendengar jawabannya, beliau bersabda, “Oh, jadi namamu Zaid al Khoir (Zaid,
yang penuh kebaikan)…!!"
Jelas
sekali kalau Nabi SAW ingin mengganti namanya, dan Zaid sangat senang dengan
penamaan Nabi SAW tersebut. Ia berkata, “Benar, ya Rasulullah, saya Zaid al
Khoir!!”
Setelah
itu beliau berkata lagi, "Tanyakanlah..!! Kemungkinan sesuatu yang sukar
itu sudah pernah ditanyakan kepadaku sebelumnya…"
Zaid
berkata, "Saya ingin bertanya kepadamu tentang tanda orang yang disukai
Allah dan tanda orang yang dimurkai-Nya..!"
"Untung…Untung…"
Kata Nabi SAW, tampak sekali kegembiraan beliau atas pertanyaan tersebut, tidak
salah kalau namanya memang ‘Al Khoir’. Kemudian beliau bertanya lagi,
"Bagaimana keadaanmu kini, hai Zaid?"
Zaid
menjawab, "Saya sekarang ini senang dengan amal kebaikan, senang dengan
orang-orang yang mengamalkan kebaikan, dan senang dengan tersebarnya amal
kebaikan. Saya menyesal jika tertinggal akan amal kebaikan dan rindu untuk
melakukan kebaikan. Jika saya melakukan kebaikan, sedikit atau banyak, saya
yakin akan pahalanya….!!"
Nabi
SAW bersabda, "Ya itu, itulah dia tandanya….andaikata Allah tidak suka
kepadamu, tentu engkau disiapkan untuk melakukan hal yang lain (yang
berlawanan) dari yang kaukatakan itu, dan Dia tidak akan perduli di jurang mana
engkau akan binasa…."
"Cukup,
cukup, ya Rasulullah…!!" Kata Zaid, seolah ia tidak ingin beliau
menjelaskan lebih lanjut.
Setelah
mengucap terima kasih dan mengucapkan salam perpisahan, Zaid keluar dari masjid
dan menaiki kendaraannya, dan memacunya pulang.
Wajah
Nabi SAW makin bersinar saja tanda beliau sangat gembira. Bagaimana tidak
gembira? Musafir dari jauh ini tidak setiap saat bertemu dan bergaul dengan
Nabi SAW, tetapi dia bisa merasakan nuansa kasih sayang Allah begitu mendalam,
sebagaimana yang dirasakan sahabat-sahabat yang selalu hadir di sekitar sosok
"Rahmatan lil 'alamin" ini, Nabi Muhammad SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar