SELAMAT DATANG TELAH BERKUNJUNG DI BLOG KAMI AHBAB MERAUKE AHBAB MERAUKE /Abdul fatah Halaqoh Semangga: Curhat Seorang Da,i

Sabtu, 21 Juli 2018

Curhat Seorang Da,i

"Ustadz, dulu Ana semangat dalam Dakwah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan Ana melihat ternyata banyak pula yang aneh-aneh."

Begitu keluh kesah seorang Da'I kepada ustadznya di suatu hari.

Sang Ustadz hanya terdiam, mencoba menggali semua kecamuk dalam diri Da'i tsb

"Lalu, apa yang ingin Antum lakukan setelah merasakan semua itu?" sahut sang ustadz setelah sesaat termenung.
"Ana ingin berhenti saja, keluar dari jamaah ini. Ana kecewa dengan perilaku beberapa teman yang justru tidak Islami muamalah, muasyarah & akhlak mereka.. Juga dengan jamaah Dakwah yang Ana geluti, kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja..." jawab Da'i itu.

Sang ustadz termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal.

"Akhi, bila suatu kali Antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah amat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan Antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?"

tanya sang Ustadz dengan kiasan bermakna dalam.
Sang Da'i terdiam berpikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat.

"Apakah Antum memilih untuk terjun ke laut dan berenang sampai tujuan?" Sang ustadz mencoba memberi opsi.

"Bila Antum terjun ke laut, sesaat Antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasakan kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba. Tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan Antum untuk berenang hingga tujuan? Bagaimana bila ikan hiu datang? Darimana Antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimana Antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan di hadapan Da'i.

Tak ayal, Sang Da'i menangis tersedu-sedu tak mampu ia menahan air matanya. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun Sang ustadz yang dihormatinya justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

"Akhi, apakah Antum masih merasa bahwa jalan Dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah?" Pertanyaan menohok ini menghujam jiwa Sang Da'i. Ia hanya mengangguk.

Sang Da'i tetap terdiam dan tertunduk dalam sesenggukan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkat kepalanya, "Cukup Ustadz, cukup. Ana sadar. Maafkan Ana. Ana akan tetap istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapat medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata Ana diperhatikan..."

"Biarlah yang lain dengan urusan pribadi masing-masing. Ana akan tetap berjalan dalam Dakwah ini. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan Ana kelak dengan janji-janji-Nya.

Biarlah segala kepedihan yang Ana rasakan jadi pelebur dosa-dosa Ana", Sang Da'i berazzam di hadapan ustadz yang semakin dihormatinya utk tetap berdakwah walau apaun yg terjadi.
Sang ustadz tersenyum.

"Akhi, jama'ah ini adalah jama'ah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi di balik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki. Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berDakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah."

"Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan Antum. Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka di mata Antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap Dakwah selama ini.

Sang Da'i termenung merenungi setiap kalimat ustadznya. Dia tdk kuasa menahan air matanya, akhirnya dia menyadari kekhilafannya. Ia bertekad untuk tetap istiqamah dakwah bersama jama'ah dalam mengarungi jalan Dakwah.

Bersedia semua tetap istiqomah di jalan Dakwah ini sampe mati.....insya Allah.......
❤❤❤❤

Tidak ada komentar:

Posting Komentar