SELAMAT DATANG TELAH BERKUNJUNG DI BLOG KAMI AHBAB MERAUKE AHBAB MERAUKE /Abdul fatah Halaqoh Semangga: APAKAH HAZRAT MAULANA SA'AD SAHAB DB ADALAH AMIR ?

Jumat, 13 Juli 2018

APAKAH HAZRAT MAULANA SA'AD SAHAB DB ADALAH AMIR ?

Penyajian adalah sebuah analisis dari krisis saat ini dalam Tabligh pada pertanyaan : "Siapakah Amir Tabligh ?"

1. Maulana In'amul-Hasan Sahab ra, (Amir ketiga Tabligh), diberi saran oleh Haji Abdul Wahab Sahab Pakistan untuk memilih Amir sebelum masa meninggalnya.

2. Maulana In'amul-Hasan Sahab ra menunjuk sebuah grup terdiri dari 10 orang untuk menentukan pergantian dirinya, mirip dengan apa yang dilakukan Hazrat Umar ra sebelum masa kewafatannya. Metode penunjukan Amir ini dikenal sebagai Sunnah Faruqi dan bukti atas hal ini ditemukan dalam kitab-kitab utama Hadits, termasuk Bukhari.

Diantara grup dari 10 orang-orang itu yakni seperti Maulana Sa'id Ahmad Khan Sahab, Maulana Umar Palanpuri, Mufti Zainul Abidin, Mia Ji Mehrab Sahab dan juga Maulana Sa'ad dan Maulana Zubair Sahab.

Point kunci : Maulana In'amul Hasan Sahab ra tidak memasukkan Maulana Ibrahim Dewla Sahab & Maulana Ahmad Laat Sahab dalam grup ini, meskipun mereka lebih secara senioritas. Hanya Allah swt yang tahu kebijaksanaan terbaik dibalik perkara ini.

Oleh karena itu, mereka (yakni Maulana Ibrahim dan Maulana Ahmad Laat) menyangka dengan klaim bahwa Maulana In'amul Hasan Sahab ra berniat menjadikan Tabligh supaya dijalankan oleh sebuah Syura (lembaga konsultatif) sebagai lawan dari seorang Amir justru tak berdasar oleh sebab mereka pun tak hadir di ruangan pada saat diskusi ini berlangsung.

3. Ketika Maulana In'amul Hasan Sahab ra meninggal dunia, syura bertemu untuk menentukan siapa yang harus menjadi Amir. Sebagian besar pendapat adalah untuk Maulana Zubair & Maulana Saa'd Sahab.

Point kunci : Tinjaulah kaliber/kapasitas dari Maulana Sa'ad bahwa pada usia tak lebih dari 30 tahun, pendapat ditujukan kepadanya untuk menjadi Amir, meskipun adanya kehadiran orang-orang unggul dan lebih lanjut usia seperti yang telah disebutkan pada point 2 diatas.

4. Sebuah kesepakatan tercapai bahwa akan ada 3 Amir : Maulana Izhar Sahab ra, Maulana Zubair Sahab ra & Maulana Sa'ad Sahab db. Pemahaman diantara mereka dan tampaknya pada dokumen yang ditandatangani yang menunjuk 3 dari mereka adalah bahwa tak ada Amir baru yang akan diangkat selama salah satu dari mereka masih hidup. Dengan kata lain, ketika 2 dari mereka meninggal, maka yang tersisa akan menjadi Amir. Mereka akan menjalankan urusan-urusan kerja Tabligh berdasarkan musyawarah diantara mereka.

Tiga pertanyaan muncul :

(A) Mengapa 1 Amir tidak diangkat ?

Jawaban :
Ada 2 jawaban yang diberikan disini. Salah satunya adalah bahwa tak ada konsensus/kesepakatan pada satu orang sehingga sebuah kompromi dari 3 Amir dicapai. Hanya 3 nama ini yang secara konsisten akan dilanjutkan.

Jawaban kedua yang diberikan adalah bahwa jika salah satu dari Maulana Sa'ad atau Maulana Zubair ra yang diangkat, benar-benar ada ancaman kekerasan nyata terjadi antara orang-orang Delhi & Mewat. Yang pertama menginginkan Ml Zubair ra sebagai Amir dan yang berikutnya menginginkan Ml Sa'ad sebagai Amir.

Oleh karena itu, sebuah kompromi disepakati.

(B) Jika niatnya untuk selalu memiliki 3 orang syura (amir/faisalat), mengapa tak ada semacam pergantian diberlakukan ketika Maulana Izhar Sahab ra meninggal sekitar 20 tahun yang lalu ?

Jawaban : Semua syura diatas, termasuk 3 orang Amir (faisalat) yang ditunjuk (Ml Izhar, Ml Zubair, Ml Sa'ad), tahu bahwa niatnya tak pernah menjadikan sebuah syura untuk menjalankan kerja, tetapi seorang Amir.

(C) Pada musyawarah yang terjadi ketika memilih Amir, mengapa Mufti Zainal Abidn ra & Haji Abdul Wahhab Sahab db menentang keputusan atas 3 Amir ? Mengapa Maulana Sa’id Ahmad Khan Sahab ra juga begitu kecewa dengan keputusan tersebut (namun menerimanya) ?

Jawaban : Karena Qur'an, Hadits dan Atsar Sahabat mendikte bahwa seharusnya hanya ada seorang Amir. Tak ada konsep mengenai keputusan kolektif/bersama dari Syura atau bahkan pergiliran dari para faisalat (pengambil keputusan).

Syariat bukanlah sebuah demokrasi, yaitu tidak ada konsep pengambilan keputusan mayoritas. Kita punya musyawarah. Setelah konsultasi/bermusyawarah ini, maka apapun keputusan Amir, itulah yang akan dikerjakan, apakah itu pendapat/suara minoritas, atau bahkan pendapat dari satu orang saja, meskipun pada umumnya Amir mengambil keputusan berdasarkan suara mayoritas. Meskipun, seorang Amir tak punya keterikatan untuk melakukan hal itu.

Maka dari itu, ketika Maulana Zubair Sahab ra meninggal, Maulana Sa'ad Sahab menjadi Amir secara default (pengaturan aslinya) dan hal ini berdasarkan pada pemahaman dari 10 orang Syura.

Ini mirip dengan situasi sahabat Ali ra yang menjadi Khalifah secara default.

Hazrat Ali ra menjadi khalifah sebab 5 sahabat lainnya yang ditunjuk oleh Umar ra telah meninggal dunia. Beliau ditanya, "Bagaimana kamu menjadi Amir ?" Katanya, "Secara default". Selain itu, catatan kaki pada Kitab Syah Waliullah menyebutkan bahwa orang-orang memberikan bai'at kepadanya pada saat beliau menjadi Amir dan surat-surat dikirim mengkonfirmasi hal ini ke seluruh wilayah.

Selain metode yang telah disebutkan diatas untuk menjadi Amir, Syah Waliullah juga menyebutkan metode lainnya, yang relevan adalah :

(i) Jika seorang menjadi penanggungjawab atas sesuatu hal secara otomatis (istila) yaitu dia telah menangani urusan tertentu tersebut dan telah mengerjakannya selama beberapa lama, lalu secara default dia menjadi Amir & tak ada alasan lain yang diperlukan.

Dalam kasus Maulana Sa'ad Sahab, beliau telah menjalankan urusan-urusan harian Markaz selama kira-kira 20 tahun, mulai dari musyawarah harian sampai pembangunan lantai atas Markaz.

(ii) Orang-orang bermusyawarah & berjanji setia (berbai'at), maka jadilah orang itu sebagai Amir.

Setelah Maulana Zubair ra meninggal, ada sebuah ijtima' di Mewat, ratusan ribu orang berjanji setia (bai'at) kepada Maulana Sa'ad Sahab & Syura yang dibentuk di Nizamuddin juga menerima Maulana Sa'ad sebagai pengambil keputusan pada musyawarah-musyawarah seperti halnya Syura yang ditunjuk oleh Maulana In'amul Hasan Sahab ra.

Bagaimana yang dikatakan sebagai Syuro Alami itu terbentuk ?

Penjelasan Maulana Thariq Jamil adalah bahwa sebuah Syura dibentuk pada tahun 2015 dan diserahkan kepada Haji Sahab yang menandatanganinya. Kemudian hal ini disampaikan kepada Maulana Sa'ad yang menolak hal itu dan berkata, “Tak ada Syura Alami (syuro dunia); hanya ada Musyawarah Alami (musyawarah dunia)”.

5 pertanyaan muncul dari insiden ini :

(a) Siapa yang membuat Syura Alami ini ?
(b) Mengapa dibentuk/Apa kepentingannya/Apakah ada kebutuhan ?
(c) Mengapa Maulana Sa'ad Sahab sebagai Amir tidak diajak berkonsultasi dan hanya disodorkan mengenai keputusan, lalu diminta menandatangani dan menyetujuinya ?
(d) Mengapa Haji Sahab db yang merupakan bagian daripada Syura yang asli, ditunjuk oleh Maulana In'amul Hasan Sahab ra tidak dikonsultasi tapi hanya diminta tanda tangan ?
(e) Bagaimana dengan tanda tangan Haji Sahab db itu sendiri, apakah membawa pengaruh sebuah kevalidan Syura Alami ketika beliau bukan seorang Amir ?

Untuk menjawab semua pertanyaan ini, satu kebutuhan untuk melihat permainan politik dibalik hal ini, mengapa orang-orang menginginkan Syura Alami ?

Menjawab pertanyaan ini berarti membuka sebuah kaleng baru berisi cacing & berpotensi (dituduh) memfitnah.

Oleh karena itu, cukup dikatakan, orang-orang yang berusaha merendahkan Maulana Sa'ad Sahab. Mereka tak berharap Maulana Sa'ad menjadi Amir.

Tak ada yang lebih tinggi/lebih besar daripada fitnah, terlebih kita semakin dekat dengan kiamat.

Catatan sejarah dipenuhi contoh-contoh dari orang-orang lebih besar & para ulama,, daripada mereka yang terlibat dalam masalah perbedaan ini,, yang terlibat perselisihan atau masalah serupa atau bahkan fitnah/ujian yang lebih besar. Maka dari itu, tak dapat disangkal untuk menyatakan bahwa siapapun, terlepas dari kemampuan/kaliber mereka, adalah bebas dari kesalahan (lihat contohnya : A'dabul Ikhtilaf oleh Syaikh Awwamah).

Salah satu dari tanda-tanda pada akhir-akhir ini adalah bahwa kebohongan ditampilkan sebagai kebenaran & kebenaran ditampilkan sebagai kepalsuan.

Mereka yang mengikuti Amir yang benar & Nizamuddin disebut para pemberontak & mereka yang mengikuti Syura Alami yang tidak sah dipandang berada pada kebenaran/Haq.

Terakhir, mengapa Maulana Sa'ad Sahab tidak menyerahkan posisi Amir demi kepentingan kesatuan jamaah ? Beberapa perbedaan pendapat diberikan oleh Ulama (hikmah yang ada seharusnya tidak kritik oleh orang-orang awam) :

(A) Jika Maulana Sa'ad meletakkan "jabatan", boleh dikatakan, (sistem) pengganti saat ini yang diusulkan baik itu merupakan pengambilan keputusan kolektif dari Syuro atau sebuah Syuro dengan pergiliran Faisalat (pengambil keputusan), tidak ada yang terbukti dalam Qur'an, Hadits atau kehidupan Khulafaur Rasyidin.

(B) Segera setelah terpilihnya Amir, adalah wajib untuk memenuhi tanggung jawab dan tidak mundur dari tugas. Apakah Hazrat Utsman ra melepaskan kedudukannya sebagai Khalifah karena ancaman terhadap hidupnya atau demi kepentingan persatuan ummat ? Tidak. Bahkan beliau kehilangan nyawanya mempertahankan posisi Amir.

(C) Jika Amir mundur, Ulama telah menulis bahwa cobaan-cobaan & kesulitan-kesulitan akan lebih besar daripada yang dialami saat ini.

Beberapa point yang berhubungan untuk dipertimbangkan :
• Meskipun sebagai seorang Amir pada masanya, Maulana In'amul Hasan Sahab ra tidak mengklaim untuk menghapus konsep sunnah dari Imarat/kepemimpinan. Tidak ada Amir atau bahkan Khalifah yang akan atau berhak membatalkan bagian apapun dari Syariah yang terdapat dalam Al Qur'an, Hadits dan kehidupan para Sahabat, apalagi merubah perbuatan seperti itu dengan sesuatu yang tidak terbukti bersandar dari sumber-sumber diatas. Untuk meyakini kebalikan mengenai perkara ini, sejumlah fitnahan terbuka tertuju kepada Maulana In'amul Hasan Sahab ra.

• Penetapan dari penunjukan 3 Amir yang dilakukan setelah meninggalnya Maulana In'amul-Hasan Sahab ra, tidak terbukti sebagai penetapan yang beliau kehendaki. Jika hal itu benar, mengapa Haji Abdul Wahhab Sahab db dan Mufti Zainal Abidin ra menentangnya ? Mengapa Maulana Sa’id Ahmad Khan Sahab menunjukkan kesedihannya atas keputusan ini ? Sejumlah ini menjadi bukti dasar yang signifikan untuk menerangkan kesalahpahaman yang dibuat terhadap Amir ketiga kami, bahwa inilah adalah alasan Maulana In'am Sahab ra menunjuk Syura.

• Point diatas juga mencegah siapa pun dari oportunistik (pemahaman yang hanya mengambil keuntungan pribadi/kelompok tanpa dasar prinsip yang ada), mempertahankan fitnah Syura/Imarat terhadap Maulana In'amul Hasan Sahab ra.

• Point yang sama ini juga membuktikan bahwa keputusan mempertahankan 3 Amir pada masa itu, merupakan kasus ekstrim, pilihan terakhir, atau dalam terminologi/istilah lain, darurat, kebutuhan ekstrim, seperti yang sudah dijelaskan diatas. Jika tidak, hali itu belum pernah terjadi sebelumnya !

• Jika Din/Agama kita lengkap dan relevan sampai Qiyamat, bagaimana mungkin satu aspek daripada agama itu sendiri dapat terhapus oleh seseorang, dan diganti dengan sesuatu yang tak memiliki dasar dalam sumber-sumber diatas dari Agama (Qur'an, Hadits, Sahabat) ?

• Apakah para penggerak Syura Alami lebih mengetahui daripada Allah swt (na'udzubillah), bahwa suatu saat akan tiba ketika tak ada seorang yang memiliki kemampuan menjadi seorang Amir ?

• Bagaimana sistem kepemimpinan dengan pergiliran faisalat (pengambil keputusan) pada cara yang dianjurkan oleh Syura Alami, yang tidak terdapat dalam Syariat, diterima atau bahkan dipilih oleh Muslim umumnya (Tablighi) dibanding Imarat/Keamiran ?

• Kita selalu belajar dalam Dakwah Tabligh dan Musyawarah bahwa "tak ada minoritas atau mayoritas pada musyawarah". Hal ini terbukti berdasarkan sumber Agama. Mengapa seorang Amir wajib/terpaksa untuk menerima mayoritas ?

• Terakhir, dalam Musnad Imam Ahmad ra, pada sebuah Hadits diceritakan : “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal-hal kedurhakaan kepada Khaliq” (dalam artinya). Khaliq telah memilih dengan sangat jelas Imarat/Keamiran sebagai metode pilihanNya.

(Team London)

2 komentar:

  1. Alhamdulillah jelas ana maulana saad lah sebagai amir

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah jelas ana maulana saad lah sebagai amir

    BalasHapus