Puji syukur kehadhirat Allah SWT. senantiasa
menghias jiwa dan kehidupan kita sebagai Muslim yang yakin dan percaya atas
karunia Allah yang tidak bisa dibalas dengan puji syukur itu sendiri. Sebab semakin
banyak kita bersyukur, semakin terus bertambah ni’mat Allah, karena syukur itu
sendiri adalah ni’mat yang tiada batas. Shalawat dan Taslim kita persembahkan
kepada Junjungan kita Nabi Muhamad saw. Serta para sahabat, keluarga dan ahli
warisnya sekalian.
Sebagai Muslim tentu kita memahami betul bahwa menjadi “orang
yang beriman” itu tidaklah cukup hanya dalam bentuk pengakuan semata tanpa
dibarengi dengan sikap dan prilaku yang nyata.
Bila iman tidak dibuktikan dengan sikat nyata yang Islamy, bisa jadi pengakuan itu hanya pengakuan
palsu dan Allah tidak mungkin bisa dibohongi oleh hamba-hambaNya. Menjadi seorang murid, tentu ada ciri khasnya, menjadi seorang tentara atau pegawai disuatu kantor juga ada ciri khasnya, maka menjadi orang yang beriman pasti ada ciri khasnya. Didalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi Muhammad saw.banyak mmenyebutkan tanda-tanda orang yang beriman, diantaranya seperti yang dinyatakn Allah dalam Surat Al-Anfaal ayat 2-4.
Bila iman tidak dibuktikan dengan sikat nyata yang Islamy, bisa jadi pengakuan itu hanya pengakuan
palsu dan Allah tidak mungkin bisa dibohongi oleh hamba-hambaNya. Menjadi seorang murid, tentu ada ciri khasnya, menjadi seorang tentara atau pegawai disuatu kantor juga ada ciri khasnya, maka menjadi orang yang beriman pasti ada ciri khasnya. Didalam Al-Qur’an maupun Hadits Nabi Muhammad saw.banyak mmenyebutkan tanda-tanda orang yang beriman, diantaranya seperti yang dinyatakn Allah dalam Surat Al-Anfaal ayat 2-4.
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu, ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, bergetarlah
jiwa mereka, dan apabila dibaca ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka
karenanya dan kepada Tuhanlah mereka berserah diri. Mereka itu ialah
orang-orang yang menegakkan shalat, pembelanjakan sebagian rezeki yang Kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman sebenar-benarnya. Mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan ampunan serta
rezeki yang mulia”.
Dari kandungan ayat diatas
paling tidak ada 5 tanda-tanda orang yang beriman :
Pertama : “Apabila disebut nama Allah,
bergetarlah jiwa mereka”. Bergetar jiwa bila disebut nama Allah, memang tidak
mudah. Dia memerlukan penghayatan dan pengamatan yang serius dengan mempelajari
Sifat-Sifat Allah Yang Maha Sempurna. Bahkan untuk menggetarkan jiwa bila
disebut nama Allah, sangat memerlukan “pengorbanan”, memerlukan waktu dan
tahapan, pengalaman dan latihan batin, sampai pada tahap seorang Mu’min
benar-benar mengenal Allah SWT. Dan untuk mengenal dengan benar, kita harus
terjun lapangan, menyebarkan amar ma’ruf nahi mungkar. Disana pasti ada
tantangan, halangan dan rintangan yang kesemuanya adalah pelajaran dari Allah
untuk mendapatkan yakin. Orang yang beriman tentu harus belajar mengenal Allah
agar dia memiliki getaran jiwa bila
disebut nama Allah, walaupun getaran itu tentu berbeda dengan orang-orang yang tinggi
“ma’rifatnya” kepada Allah. Belajar mengenal Allah tidak akan ditemukan kalau hanya tinggal
dirumah. Harus keluar dijalan Allah, harus berjuang dijalan Allah, harus menda’wakan agama Allah,
harus korban dijalan Allah. Disana ada latihan langsung yang dibuat oleh Allah, latihan menghadapi
kesulitan dan tantangan, latihan menghadapi cemohan dan rintangan.
Mengenal Allah dalam bahasa awam sebenarnya sangatlah mudah. Setiap hari tanda-tanda kekuasaan Allah itu terjadi. Setiap hari kita menerima pemberian Allah yang tiada terhitung, ni’mat karunia yang tak pilih kasih. Orang yang tha’at maupun durhaka sama-sama diberi kekuatan, kesehatan dan sebagainya. Setiap hari nikmat itu kalau akan dihitung dengan nilai uang, barangkali kita akan mengeluarkan uang ratusan juta untuk membayar ni’mat yang kita terima. Bukankah itu patut menggetarkan hati setiap Mu’min..?
disebut nama Allah, walaupun getaran itu tentu berbeda dengan orang-orang yang tinggi
“ma’rifatnya” kepada Allah. Belajar mengenal Allah tidak akan ditemukan kalau hanya tinggal
dirumah. Harus keluar dijalan Allah, harus berjuang dijalan Allah, harus menda’wakan agama Allah,
harus korban dijalan Allah. Disana ada latihan langsung yang dibuat oleh Allah, latihan menghadapi
kesulitan dan tantangan, latihan menghadapi cemohan dan rintangan.
Mengenal Allah dalam bahasa awam sebenarnya sangatlah mudah. Setiap hari tanda-tanda kekuasaan Allah itu terjadi. Setiap hari kita menerima pemberian Allah yang tiada terhitung, ni’mat karunia yang tak pilih kasih. Orang yang tha’at maupun durhaka sama-sama diberi kekuatan, kesehatan dan sebagainya. Setiap hari nikmat itu kalau akan dihitung dengan nilai uang, barangkali kita akan mengeluarkan uang ratusan juta untuk membayar ni’mat yang kita terima. Bukankah itu patut menggetarkan hati setiap Mu’min..?
Disaat
kita duduk dialam terbuka disuatu malam, kemudian menyaksikan langit dengan
hiasan
bintangnya yang gemerlapan. Disaat itu kita mencoba berdialog dengan diri kita sendiri. Andaikata
langit itu dibiarkan Allah, tidak dalam kontrolNya, sehingga bintang-bintang itu berjatuhan menimpa
bumi, kekuatan manakah yang bisa menyelamatkan bumi ini dari kehancuran..?
Disaat kita berlibur kepegunungan menyaksikan lembah dan ngarai nan sejuk, atau ketepi
pantai nan indah dengan deburan ombak yang mengasyikkan, atau menyaksikan air terjun yang
membawa berita kesejukan gunung. Bukankah itu menggetarkan hati setiap Mu’min..?
Disaat petani menyaksikan padi yang menguning, bak hamparan emas permata, atau buahbuahan yang ranum berbagai cita rasa dan warna, yang dihasilkan dari tanah yang satu. Disaat
nelayan pergi melaut dan mendapatkan beraneka ikan dengan berbagai bentuk dan rasa. Bukankah
itu menggetarkan hati setiap Mu’min..?
Walhasil menyaksikan tanda-tanda Kekuasaan Allah di “seanteru” alam ini, sungguh suatu
yang bisa menggetarkan jiwa setiap orang yang memahami kelemahan dan keterbatasan dirinya.
Tanda-tanda kedua ialah : Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, maka bertambah-tambahlah
imannya”.
Ayat-ayat Allah adalah alam semesta dan segala kejadian. Setiap melihat perobahan alam,
menyaksikan keindahan panorama, memperhatikan rahasia berbagai makhluk, hewan darat, laut
dan sebagainya. Merenungi diri yang penuh dengan keajaiban, akan bertambah-tambahlah imannya.
Dia yakin bahwa segala kejadian alam ini, bukan atas kehendak manusia, melainkan kehendak
Penguasa alam. Dia percaya bahwa segala kesulitan, kesengsaraan dan berbagai musibah adalah
pelajaran besar bagi manusia. Dia tahu bahwa bagaimanapun pintarnya manusia, mereka tidak
dapat mengendalikan hujan, badai, gempa bumi dan sebagainya.
Ketiga : “Dan kepada Tuhanlah mereka berserah diri”.
Tawakkal atau berserah diri kepada Allah, memang tidak mudah, dia memerlukan latihan dan
tahapan yang cukup panjang. Latihan yang dimaksud disini ialah bahwa setiap kejadian itu
semestinya diamati oleh setiap orang. Rezeki yang datang, pasti bukan dia yang menentukan.
Musibah, kekurangan, malapetaka dan sebagainya, bahkan kesenangan dan keberhasilan, kalau itu
benar-benar diamati, sungguh semua itu adalah kehendak Allah terhadap hamba-hammbaNya.
Demikian pula dengan musibah yang menimpa seseorang. Beberapa menit yang lalu, dia
masih tertawa terbahak-bahak bersama ayah dan ibunya, tiba-tiba saat ini sudah terkapar dijalanan,
adalah tanda-tanda bahwa manusia memang tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi
selanjutnya. Itulah sebabnya manusia diingatkan untuk selalu ingat Allah pada setiap gerakan,
berdo’a pada setiap keadaan, tawakkal kepada Allah pada setiap hendak keluar rumah dan
sebagainya.
Berserah diri kepada Allah memang tidak bisa dihindari dan itulah sikap orang yang benarbenar beriman, sebab Dialah yang mengendalikan seluruh peredaran dan perjalanan dialam ini.
Keempat : “Orang-orang yang menegakkan shalat”.
Orang yang beriman, tidak mungkin meninggalkan shalat lima waktu, sebab dia tahu betul
bahwa hanya dengan shalat yang wajib, orang akan selalu merasa harus bertemu dengan Allah
paling sedikit lima kali sehari semalam. Tentu pertemuan itu, sebagai laporan sekaligus tanda terima
kasih yang tiada terhingga dari seorang hamba yang lemah tak berdaya, yang selalu mendapat
perhatian Allah, setiap detik tidak pernah diabaikan Allah. Dia memberikan segalanya, memelihara
dan menjaga, melindungi dan sebagainya. Semua itu dilaporkan lewat shalat, sehingga shalat itu
disamping sebagai alat komunikasi dengan Allah, juga sebagai alat mengevaluasi diri.
“Oh Tuhan, ampuni aku, karena tadi siang telah melakukan pelanggaran, pada hal aku tidak
bermaksud melakukan itu, tapi karena kelemahan imanku, maka aku terjebak. Yaa Allah.., beri aku
petunjuk, bimbingan, hidayah, kekuatan lahir batin untuk selalu th’at kepadaMu. Tunjuki aku jalan
menuju jalan yang benar.
Inilah do’a yang kita baca dalam Surat Al-Fatehah dan disaat duduk antara dua sujud. Kita
memohon ampunan Allah, meminta petunjuk dan sebagainya paling sedikit lima kali sehari
semalam, sebagai evaluasi diri dan berjaga-jaga untuk tidak tersesat jalan akibat tipuan hawa nafsu.
Juga dalam shalat itu, kita terus menerus memuji Allah, dengan kalimat-kalimat agung yang
berulang-ulang. Maha Besar dan Maha Suci Allah. Segala kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan
kebaikan hanya milik Allah semata. Ucapan ini juga kita ulangi setiap shalat lima waktu dengan
tujuan untuk meluruskan sikap agar tidak terus menerus membesarkan manusia, kedudukan,
jabatan, memuji diri dan sebagainya.
Kelima : “Membelanjakan harta dijalan Allah”.
Orang yang beriman tahu betul, bahwa kelebihan yang Allah berikan kepadanya berupa harta,
jabatan dan sebagainya mesti dimanfaatkan untuk kemanusiaan, untuk syi’ar Islam, untuk
membantu sesama manusia, sebab manusia tidak mungkin bisa hidup sendirian tanpa orang lain.
Orang beriman, juga tahu betul bahwa harta yang dibelanjakan dijalan Allah, benar-benar akan
memberi imbalan yang luar biasa dari Allah berupa kesejukan batin, kekuatan melaksanakan amal
kebajikan dan sebagainya. Juga sebagai rasa syukur atas pemberian Allah kepadanya.
Selanjutnya penegasan Allah terakhir dalam ayat diatas ialah : “Mereka itulah orang-orang
Mu’min yang sebenar-benarnya”. Artinya mereka bukan Mu’min dalam sebutan, mereka benarbenar menjaga nama, memelihara diri dari melalaikan kewajiban dan melakukan keonaran. Mereka
terus berjuang menuju puncak “taqwa”, “Haqqa Tuqaatih”. sebenar-benarnya taqwa.
Orang-orang Mu’min yang sebenar-benarnya, akan terus melakukan yang benar. Akan terus
meluruskan yang bengkok. Akan terus menghakimi secara adil. Mereka takut melakukan
pelanggaran, bukan karena takut dipecat oleh manusia, melainkan karena benar-benar takut hanya
kepada Allah SWT.
Jika mereka terlanjur melakukan kesalahan, mereka akan segera bertaubat kepada Allah,
karena mereka sadar bahwa segera kembali kepada yang benar itulah jalan terbaik menuju
kebahagiaan yang hakiki.
Marilah kita pelihara iman ini dengan perilaku yang Islamy, agar kita mendapatkan derajat
yang tinggi disisi Allah, sekaligus rezeki yang mulia berupa syurga yang penuh keni’matan, tempat
kesenangan yang abadi. Semoga Allah SWT. memberi petunjuk, bimbingan dan hidayah, agar kita
dapat mepertahankan iman sampai akhir hayat. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin................!
bintangnya yang gemerlapan. Disaat itu kita mencoba berdialog dengan diri kita sendiri. Andaikata
langit itu dibiarkan Allah, tidak dalam kontrolNya, sehingga bintang-bintang itu berjatuhan menimpa
bumi, kekuatan manakah yang bisa menyelamatkan bumi ini dari kehancuran..?
Disaat kita berlibur kepegunungan menyaksikan lembah dan ngarai nan sejuk, atau ketepi
pantai nan indah dengan deburan ombak yang mengasyikkan, atau menyaksikan air terjun yang
membawa berita kesejukan gunung. Bukankah itu menggetarkan hati setiap Mu’min..?
Disaat petani menyaksikan padi yang menguning, bak hamparan emas permata, atau buahbuahan yang ranum berbagai cita rasa dan warna, yang dihasilkan dari tanah yang satu. Disaat
nelayan pergi melaut dan mendapatkan beraneka ikan dengan berbagai bentuk dan rasa. Bukankah
itu menggetarkan hati setiap Mu’min..?
Walhasil menyaksikan tanda-tanda Kekuasaan Allah di “seanteru” alam ini, sungguh suatu
yang bisa menggetarkan jiwa setiap orang yang memahami kelemahan dan keterbatasan dirinya.
Tanda-tanda kedua ialah : Apabila dibacakan ayat-ayat Allah, maka bertambah-tambahlah
imannya”.
Ayat-ayat Allah adalah alam semesta dan segala kejadian. Setiap melihat perobahan alam,
menyaksikan keindahan panorama, memperhatikan rahasia berbagai makhluk, hewan darat, laut
dan sebagainya. Merenungi diri yang penuh dengan keajaiban, akan bertambah-tambahlah imannya.
Dia yakin bahwa segala kejadian alam ini, bukan atas kehendak manusia, melainkan kehendak
Penguasa alam. Dia percaya bahwa segala kesulitan, kesengsaraan dan berbagai musibah adalah
pelajaran besar bagi manusia. Dia tahu bahwa bagaimanapun pintarnya manusia, mereka tidak
dapat mengendalikan hujan, badai, gempa bumi dan sebagainya.
Ketiga : “Dan kepada Tuhanlah mereka berserah diri”.
Tawakkal atau berserah diri kepada Allah, memang tidak mudah, dia memerlukan latihan dan
tahapan yang cukup panjang. Latihan yang dimaksud disini ialah bahwa setiap kejadian itu
semestinya diamati oleh setiap orang. Rezeki yang datang, pasti bukan dia yang menentukan.
Musibah, kekurangan, malapetaka dan sebagainya, bahkan kesenangan dan keberhasilan, kalau itu
benar-benar diamati, sungguh semua itu adalah kehendak Allah terhadap hamba-hammbaNya.
Demikian pula dengan musibah yang menimpa seseorang. Beberapa menit yang lalu, dia
masih tertawa terbahak-bahak bersama ayah dan ibunya, tiba-tiba saat ini sudah terkapar dijalanan,
adalah tanda-tanda bahwa manusia memang tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi
selanjutnya. Itulah sebabnya manusia diingatkan untuk selalu ingat Allah pada setiap gerakan,
berdo’a pada setiap keadaan, tawakkal kepada Allah pada setiap hendak keluar rumah dan
sebagainya.
Berserah diri kepada Allah memang tidak bisa dihindari dan itulah sikap orang yang benarbenar beriman, sebab Dialah yang mengendalikan seluruh peredaran dan perjalanan dialam ini.
Keempat : “Orang-orang yang menegakkan shalat”.
Orang yang beriman, tidak mungkin meninggalkan shalat lima waktu, sebab dia tahu betul
bahwa hanya dengan shalat yang wajib, orang akan selalu merasa harus bertemu dengan Allah
paling sedikit lima kali sehari semalam. Tentu pertemuan itu, sebagai laporan sekaligus tanda terima
kasih yang tiada terhingga dari seorang hamba yang lemah tak berdaya, yang selalu mendapat
perhatian Allah, setiap detik tidak pernah diabaikan Allah. Dia memberikan segalanya, memelihara
dan menjaga, melindungi dan sebagainya. Semua itu dilaporkan lewat shalat, sehingga shalat itu
disamping sebagai alat komunikasi dengan Allah, juga sebagai alat mengevaluasi diri.
“Oh Tuhan, ampuni aku, karena tadi siang telah melakukan pelanggaran, pada hal aku tidak
bermaksud melakukan itu, tapi karena kelemahan imanku, maka aku terjebak. Yaa Allah.., beri aku
petunjuk, bimbingan, hidayah, kekuatan lahir batin untuk selalu th’at kepadaMu. Tunjuki aku jalan
menuju jalan yang benar.
Inilah do’a yang kita baca dalam Surat Al-Fatehah dan disaat duduk antara dua sujud. Kita
memohon ampunan Allah, meminta petunjuk dan sebagainya paling sedikit lima kali sehari
semalam, sebagai evaluasi diri dan berjaga-jaga untuk tidak tersesat jalan akibat tipuan hawa nafsu.
Juga dalam shalat itu, kita terus menerus memuji Allah, dengan kalimat-kalimat agung yang
berulang-ulang. Maha Besar dan Maha Suci Allah. Segala kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan
kebaikan hanya milik Allah semata. Ucapan ini juga kita ulangi setiap shalat lima waktu dengan
tujuan untuk meluruskan sikap agar tidak terus menerus membesarkan manusia, kedudukan,
jabatan, memuji diri dan sebagainya.
Kelima : “Membelanjakan harta dijalan Allah”.
Orang yang beriman tahu betul, bahwa kelebihan yang Allah berikan kepadanya berupa harta,
jabatan dan sebagainya mesti dimanfaatkan untuk kemanusiaan, untuk syi’ar Islam, untuk
membantu sesama manusia, sebab manusia tidak mungkin bisa hidup sendirian tanpa orang lain.
Orang beriman, juga tahu betul bahwa harta yang dibelanjakan dijalan Allah, benar-benar akan
memberi imbalan yang luar biasa dari Allah berupa kesejukan batin, kekuatan melaksanakan amal
kebajikan dan sebagainya. Juga sebagai rasa syukur atas pemberian Allah kepadanya.
Selanjutnya penegasan Allah terakhir dalam ayat diatas ialah : “Mereka itulah orang-orang
Mu’min yang sebenar-benarnya”. Artinya mereka bukan Mu’min dalam sebutan, mereka benarbenar menjaga nama, memelihara diri dari melalaikan kewajiban dan melakukan keonaran. Mereka
terus berjuang menuju puncak “taqwa”, “Haqqa Tuqaatih”. sebenar-benarnya taqwa.
Orang-orang Mu’min yang sebenar-benarnya, akan terus melakukan yang benar. Akan terus
meluruskan yang bengkok. Akan terus menghakimi secara adil. Mereka takut melakukan
pelanggaran, bukan karena takut dipecat oleh manusia, melainkan karena benar-benar takut hanya
kepada Allah SWT.
Jika mereka terlanjur melakukan kesalahan, mereka akan segera bertaubat kepada Allah,
karena mereka sadar bahwa segera kembali kepada yang benar itulah jalan terbaik menuju
kebahagiaan yang hakiki.
Marilah kita pelihara iman ini dengan perilaku yang Islamy, agar kita mendapatkan derajat
yang tinggi disisi Allah, sekaligus rezeki yang mulia berupa syurga yang penuh keni’matan, tempat
kesenangan yang abadi. Semoga Allah SWT. memberi petunjuk, bimbingan dan hidayah, agar kita
dapat mepertahankan iman sampai akhir hayat. Amin Yaa Rabbal ‘Alamin................!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar