SELAMAT DATANG TELAH BERKUNJUNG DI BLOG KAMI AHBAB MERAUKE AHBAB MERAUKE /Abdul fatah Halaqoh Semangga: April 2015

Kamis, 30 April 2015

Cinta Kampung Akherat


Ciri-Ciri Ulama Akherat



Imam Ghazali rah.a berkata,”Orang alim yang ahli dunia, dari segi keadaannya lebih rendah dari orang-orang jahil. Dan akan mendapat azab yang lebih keras. Yang selamat dan dekat kepada Allah swt. hanya alim ulama akhirat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.  Tidak menggunkan ilmunya mencari dunia.
2.  Perkataannya tidak betentangan dengan Amalnya.
3.  Menyibukan diri untuk mencari ilmu yang berguna untuk akhirat, menjadi orang lain suka berbuat baik, menghindari ilmu-ilmu yang merugikan akhirat.
4.  Makan, minum dan pakainnya tidak begitu mewah (sederhana)
5.  Menjahui penguasa dan Pemerintah tanpa Keperluan.
6.  Tidak tergesa-gesa memberi fatwa.
7.  Sangat menjaga ilmu-ilmu rohani (suluk)
8.   Iman dan keyakinannya semata-mata kepada Allah swt.
9.  Dari gerakan dan diamnya terkesan ia takut kepada Allah swt.
10.  Selalu menjaga amalan, membedakan halal dan haram.
11.  Menggunakan ilmunya dengan Bashiroh.
12. Sangat menghindari bid’ah

Sabtu, 18 April 2015

MAKAN UNTUK HIDUP ATAU HIDUP UNTUK MAKAN



Firman Allah dalam Al-Quran surat Muhammad, ayat 12:

وَ الَّذِ يْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْ نَ وَيَأْ  كُلُوْ نَ كَمَا تَأْ  كُلُ الْاَنْعَا مُ وَ النَّارُ مَثْوًى لَّهُمْ،
“Orang-orang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah tempat tinggal mereka”.

Seorang yang hidupnya untuk makan, maka nilainya orang itu disamakan oleh Allah swt. dengan kehidupan binatang kerena binatang itu hidupnya hanya untuk makan, bahkan lebih hida dari binatang. Tempat mereka di Neraka seperti tersebut dalam ayat ini. Binatang adalah mahluk Allah swt. yang tidak mempunyai akal, maka didalam dirinya tidak terdapat usul-usul dan pernyataan dan sebagiannya untuk merubah dan meperbaiki nasib hidupnya. Lihatlah seekor kerbau, sapi, kuda dan sebagainya. Setiap hari dia harus bekerja membanting tulang untuk tuannya, dan jika dia sudah bekerja, maka dia diberi makan denggan sekenyang-kenyangnya. Sekalipun dia dipukul, ditarik kemana saja dan di pekerjakan mengangkut barang-barang yang berat, maka dari mulutnya tidak akan terdapat sesuatu kalimat yang menyatakan sesuatu, dia menurut saja asal perutnya diberi makan sekenyang-kenyangnya, sudah cukup baginya. Bagi binatang, yang dinilai adalah tubuh kasarnya dan apabila badanya gemuk dan kuat, maka berhargalah binatang itu. Manusia adalah makhluk Allah swt. yang semulia-mulianya, kepadanya dianugrahi Allah akal dan nafsu, sedangkan akal dia dapat berfikir untuk kemajuan hidupnya, dan dengan dorongan nafsu, akalnya akan berfikir maju, sebab nafsu itu banyak mempunyai keinginan-keinginan, yang semua keinginan itu akallah yang mengoreksi, baik dan buruknya, yang baik itulah yang akan leksanakannya dan yang buruk tentulah ditinggalkannya.
Orang yang beriman hidupnya bukan untuk makan, tetapi dia makan supaya bisa hidup. Dari itu dia bekerja membagi waktu dengan sebaik-baiknya, ada waktu mencari rizki, dan ada waktu untuk menghadap kepada Allah swt. yaitu ibadah.  
Apakah artinya hidup hanya untuk makan, sebab nilai pribadi manusia tidak terletak pada jasmani saja, tetapi juga pada rohani dan budi pekerti yang baik. Kalau manusia mempunyai tujuan hidup untuk makan, maka kalahlah manusia olah kerbau, sapi dan sebagainya, sebab binatang itu makannya sangat banyak, tetapi manusia walaupun banyak hartanya, namun makanya hanya sekedarnya saja dan tidak dapat berlebih-lebihan, sebab kantong makanannya itu sudah ditentukan oleh Allah bentuknya kecil, tidak seperti binatang. Dari itu janganlah manusia di dalam hidup ini memikirkan perutnya saja, tetapi berbaktilah kepada Allah, inilah yang menjadi tujuan hidup manusia di alam ini.

Selasa, 14 April 2015

Khutbah Jumat Pulang kenegeri Asal

Assalamualaikum

silah kan download khubah jumat dibawah ini mudah-mudah bermanfaat bagi pembaca semua

https://drive.google.com/file/d/0BwI188EYGNLxbTZtVHBDWFRvUEk/view?usp=sharing

PANDUAN KHUTBAH JUM'AT


Aslamualaikum. wrk.
Saya akan berbagi kepada saudara yang ingin belajar Khutbah Jumat, tatkala nanti di tunjuk untuk khutbah sehingga kita sudah ada bekal,
Bacaan / Doa dan Rukun khatib jumat
1. Tata cara pelaksanaan shalat Jum’at, yaitu :
Khatib naik ke atas mimbar setelah tergelincirnya matahari (waktu dzuhur), kemudian memberi salam dan duduk.
2. Muadzin mengumandangkan adzan sebagaimana halnya adzan dzuhur.
3. Khutbah pertama: Khatib berdiri untuk melaksanakan khutbah yang dimulai dengan hamdalah dan pujian kepada Allah SWT serta membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Kemudian memberikan nasehat kepada para jama’ah, mengingatkan mereka dengan suara yang lantang, menyampaikan perintah dan larangan Allah SWT dan RasulNya, mendorong mereka untuk berbuat kebajikan serta menakut-nakuti mereka dari berbuat keburukan, dan mengingatkan mereka dengan janji-janji kebaikan serta ancaman-ancaman Allah Subhannahu wa Ta’ala. Kemudian duduk sebentar.
4. Khutbah kedua: Khatib memulai khutbahnya yang kedua dengan hamdalah dan pujian kepadaNya. Kemudian melanjutkan khutbahnya dengan pelaksanaan yang sama dengan khutbah pertama sampai selesai.
5. Khatib kemudian turun dari mimbar. Selanjutnya muadzin melaksanakan iqamat untuk melaksanakan shalat. Kemudian memimpin shalat berjama’ah dua rakaat dengan mengeraskan bacaan.
Adapun rukun khutbah Jumat paling tidak ada lima perkara.
1. Rukun Pertama: Hamdalah
Khutbah jumat itu wajib dimulai dengan hamdalah. Yaitu lafaz yang memuji Allah SWT. Misalnya lafaz alhamdulillah, atau innalhamda lillah, atau ahmadullah. Pendeknya, minimal ada kata alhamd dan lafaz Allah, baik di khutbah pertama atau khutbah kedua. Contoh bacaan:
 
إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِاللّٰهِ
مْنْشُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّىَٔاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللّٰهُ فَلَا
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْيُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

2. Rukun Kedua: Shalawat kepada Nabi SAW Shalawat kepada nabi Muhammad SAW harus dilafadzkan dengan jelas, paling tidak ada kata shalawat. Misalnya ushalli ‘ala Muhammad, atau as-shalatu ‘ala Muhammad, atau ana mushallai ala Muhammad.
Contoh bacaan:
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمْدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِـــإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ

3. Rukun Ketiga: Washiyat untuk TaqwaYang dimaksud dengan washiyat ini adalah perintah atau ajakan atau anjuran untuk bertakwa atau takut kepada Allah SWT. Dan menurut Az-Zayadi,washiyat ini adalah perintah untuk mengerjakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sedangkan menurut Ibnu Hajar, cukup dengan ajakan untuk mengerjakan perintah Allah. Sedangkan menurut Ar-Ramli, washiyat itu harus berbentuk seruan kepada ketaatan kepada Allah. Lafadznya sendiri bisa lebih bebas. Misalnya dalam bentuk kalimat: “takutlah kalian kepada Allah”. Atau kalimat: “marilah kita bertaqwa dan menjadi hamba yang taat”.
Contoh bacaan:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا تَّقُوْ اللّٰهَ حَقُّ تُقَا تِهِ وَلَاتَمُوْ تُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Ketiga rukun di atas harus terdapat dalam kedua khutbah Jumat itu.
4. Rukun Keempat: Membaca ayat Al-Quran pada salah satunya Minimal satu kalimat dari ayat Al-Quran yang mengandung makna lengkap. Bukan sekedar potongan yang belum lengkap pengertiannya. Maka tidak dikatakan sebagai pembacaan Al-Quran bila sekedar mengucapkan lafadz: “tsumma nazhar”. Tentang tema ayatnya bebas saja, tidak ada ketentuan harus ayat tentang perintah atau larangan atau hukum. Boleh juga ayat Quran tentang kisah umat terdahulu dan lainnya.
Contoh bacaan:
فَسْتَبِقُوْا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَاتَكُوْنُوْا يَأْ تِ بِكُمُ اللّٰهُ
جَمِيْعًاإِنَّ للّٰهَ عَلَى كُلِّ شَيْ ءٍ قَدِيْرٌ

Lalu duduk sebentar untuk memberi kesempatan jamaah jum’at untuk beristighfar dan membaca shalawat secara perlahan.Setelah itu, khatib kembali naik mimbar untuk memulai khutbah kedua. Dilakukan dengan diawali dengan bacaaan hamdallah dan diikuti dengan shalawat.
Contoh bacaan:
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْ أَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَ إِ يَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَيَا تِ وَالذِّ كْرِلْحَكِيْمِ أَقُوْ لُ قَوْلِيْ هَذَا
وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَاىِٔرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَ
نْبٍ فَسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُا لرَّ حِيْمُ

Selanjutnya di isi dengan khutbah baik berupa ringkasan, maupun hal-hal terkait dengan tema/isi khutbah pada khutbah pertama yang berupa washiyat taqwa.
……. isi khutbah kedua ………
5. Rukun Kelima: Doa untuk umat Islam di khutbah kedua Pada bagian akhir, khatib harus mengucapkan lafaz yang doa yang intinya meminta kepada Allah kebaikan untuk umat Islam. Misalnya kalimat: Allahummaghfir lil muslimin wal muslimat . Atau kalimat Allahumma ajirna
minannar .
Contoh bacaan do’a penutup:
أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَا لْمُسْلِمَ تِ، وَالْمْؤْ مِنِينَ وَا لْمُؤْ مِنَاتِ الْأَحْيَا ءِ مِنهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
إِ نَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِبُ الدَّ عَوَا تِ، رَبَّنَ لاَ تُؤَا خِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْ نَارَبَّنَا وَلاَ
تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَ الَّذِ يْنَ مِنْ قَبْلِنَ رَ بَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَ مَالَا طَا قَةَ لَنَا بِهِ
وَعْفُ عَنَّا وَا غْفِرْ لَنَا وَا رْحَمْنَا أَ نْتَ مَوْلَا نَا فَا نْصُرْنَا عَلَى الْقَوْ مِ الْكَا فِرِ يْنَ،
رَبَّنَا ءَا تِنَا فِيْ الدُّ نْيَا حَسَنَةً وَّ فِيْ الْأَ خِرَةِ حَسَنَةَ وَّ قِنَا عَذَا بَ النَّارِ،
والحمدللّٰه رب العالمين
Selanjutnya khatib turun dari mimbar yang langsung diikuti dengan iqamat untuk memulai shalat jum’at. Shalat jum’at dapat dilakukan dengan membaca surat al a’laa dan al ghasyiyyah, atau surat bisa juga surat al jum’ah, al kahfi atau
yang lainnya