SELAMAT DATANG TELAH BERKUNJUNG DI BLOG KAMI AHBAB MERAUKE AHBAB MERAUKE /Abdul fatah Halaqoh Semangga: Mei 2017

Senin, 15 Mei 2017

Meninggalkan Isteri Anak Untuk Agama

BUKAN HANYA 3 HARI-40 HARI-4 BULAN ATAUPUN 1 TAHUN TETAPI 30 TAHUN MENINGGALKAN ISTRI DAN ANAKNYA UNTUK AGAMA.

Lelaki berumur enam puluh tahun itu memasuki rumahnya di Madinah. Nyaris tak mengenali lagi rumah yang pernah ditinggalinya itu. Ia menemukan rumah itu, saat menyusuri jalan-jalan di kota Madinah, yang sudah ramai.
Rumahnya yang sangat sederhana itu, pintunya agak terbuka, dan nampak lengang. Lelaki itu meninggalkan rumahnya, tiga puluh tahun lalu, dan waktu itu isterinya masih belia, dan menjelang melahirkan anak pertamanya.
Lelaki tua itu meninggalkan Madinah pergi berjihad ke negeri yang sangat jauh. Ia berangkat bersama pasukan muslimin. Membuka Bukhara dan Samarkand, dan sekitarnya, yang terletak di Asia Tengah. Begitu jauh perjalanan jihad bersama pasukan muslimin, mengarungi samudera padang pasir, menembus perjalanan beribu-ribu mil dari kota Madinah. Sungguh sangat luar biasa para mujahidin itu. Kepergiannya dengan tekad dan tawakal kepada Allah Azza wa Jalla.
Menjelang Isya’ dengan kuda yang ditungganginya itu, prajurit tua itu, memasuki kota Madinah, yang masih ramai, dan melihat kehidupan yang tidak berubah, sesudah ditinggalkannya selama tiga puluh tahun.
Namun, ingatannya yang tajam, akhirnya lelaki tua itu, menemukan rumahnya kembali, yang masih tampak sederhana, dan didapati pintunya sedikit terbuka.
Kegembiraan menggelayut, dan merasa yakin bertemu dengan kembali dengan isterinya yang lama ditinggalkan itu.
Si penghuni rumah melihat ada orang yang masuk rumahnya, maka lelaki yang ada di atas, langsung melompat, dan turun sambil membentak lelaki tua yang datang itu, “Engkau berani memasuki rumah dan menodai kehormatanku malam-malam, wahai musuh Allah?”.
Si penghuni rumah mencengkeram leher lelaki tua, seraya mengatakan,
“Wahai musuh Allah, demi Allah aku takkan melepaskanmu kecuali di muka hakim”, sergahnya.
Lelaki tua yang baru datang itu berkata,
“Aku bukan musuh Allah dan bukan penjahat.
Ini rumah milikku, kudapati pintunya terbuka lalu aku masuk”.
Lelaki tua itu melanjutkan,
“Wahai saudara-saudara, dengarkanlah.
Rumah ini milikku, kubeli dengan uangku.
Wahai kaum, aku adalah Farrukh.
Tiadakah seorang tetangga yang masih mengenali Farrukh yang tiga puluh tahun lalu pergi berjihad fi sabilillah?”
Bersamaan itu, ibu si empunya rumah yang sedang tidur itu bangun oleh keributan, lalu menengok dari jendela atas dan melihat suaminya sedang bergulat dengan darah dagingnya sendiri.
Lidahnya nyaris tak berucap. Dengan nada yang kuat ia berseru,
“Lepaskan .. lepaskan dia, Rabiah … lepaskan dia, putraku, dia adalah ayahmu .. dia ayahmu …
Saudara-saudara sekalian tinggalkan mereka, semoga Allah memberkahi kalian. Tenanglah, Abu Abdirrahman, dia putramu .. dua putramu .. jantung hatimu …
Lalu, Ar-Rabi’ah mencium tangan ayahnya.
Orang-orang meninggalkan keduanya.
Setelah itu, isterinya Ummu Rabi’ah menyambut suaminya dan memberi salam.
Ummu Rabi’ah tak mengira bahwa ia akan bertemu kembali dengan suaminya yang pergi berjihad selama tiga puluh tahun itu.
Saat-saat bahagia antara Farrukh dengan Ummu Rabi’ah, terkadang duduk berdua, sambil bercerita keduanya selama berpisah tiga puluh tahun. Mereka mendapatkan kebahagiaan kembali, keduanya dapat bertemu, meskipun sekarang suaminya telah berumur enam puluh tahun. Namun, saat itu muncul kekawatiran dari Ummu Rabi’ah tentang uang yang pernah dititipkan oleh suaminya dahulu, dan ia harus menjaganya.
Karena uang yang dititipkan suaminya itu, habis untuk membiayai pendidikan putranya senilai 30.000 dinar. “Percayakah Farrukh bahwa pendidikan putranya itu menghabiskan 30.000 dinar”, gumam Ummu Rabi’ah.
Selagi pikirannya mengelayut itu, tiba-tiba Farrukh, yang duduk disampingnya itu berkata,
“Aku membawa uang 4.000 dinar.
Ambillah uang yang aku titipkan kepadamu dahulu. Kita kumpulkan lalu kita belikan kebun atau rumah, dan akan kita ambil sewanya”,
ucap Farrukh kepada Ummu Rabi’ah.
Pembicaraan terputus saat adzan datang. Farrukh bergegas menuju masjid, seraya menanyakan,
“Mana Ar-Rabi’ah?’
Isterinya menjawab,
“Dia sudah lebih dahulu berangkat ke masjid.
Saya kira engkau akan tertinggal shalat berjama’ah”. Dia segera shalat, dan sesudah itu pergi ke Rhaudah mutharah, berdo’a di dekat makam Rasulullah, karena betapa rindunya dia dengan Rasulullah.
Saat mau meninggalkan masjid, begitu ramai orang yang sedang mengelilingi seorang ulama, yang belum pernah melihat sebelumnya. Mereka duduk melingkari Sheikh itu. Sampai tak ada tempat yang kosong untuk dapat berjalan.
Farrukh mengamati, ternyata orang-orang yang hadir, ada yang sudah lanjut usia, anak-anak muda, mereka semua duduk sambil menghamparkan lututnya.
Semuanya menghadapkan pandangan kepada Sheikh.
Farrukh itu berusaha melihat wajah Sheikh yang luar biasa itu, tetapi tak dapat, karena begitu banyaknya orang yang mengelilinginya.
Sampai saat majelis itu usai. Orang-orang meninggalkan masjid. Kemudian di tengah-tengah suasana yang sudah mulai sepi itu Farrukh bertanya kepada salah seorang yang masih tinggal di masjid itu.
Farrukh:
“Siapakah Sheikh yang baru saja berceramah itu?”
Fulan:
“Apakah anda bukan penduduk Madinah?”
Farrukh:
“Saya penduduk Madinah”.
Fulan:
“Masih adakah di Madinah ini orang yang tak mengenal Sheikh yang memberikan ceramah itu?”
Farrukh:
“Maaf, saya benar-benar tidak tahu, karena saya sudah meninggalkan kota ini sejak 30 tahun yang lalu, dan baru kemarin tiba”
Fulan:
“Tidak apa. Duduklah sejenak, saya akan menjelaskannya. Sheikh yang anda dengarkan ceramahnya itu adalah seorang tokoh tabi’in. Termasuk diantara ulama yang paling terpandang, dialah ahli hadist di Madinah, fuqaha dan imam kami, meksipun masih sangat muda”.
Majelisnya dihadiri oleh Malik bin Anas, Abu Hanifah, An-Nu’man, Yahya bin Sa’id Al-Anshari, Sufyan Tsauri, Abdurrahman bin Amru Al-Auza’I, Laits bin Sa’id dan lainnya”.
Farrukh:
“Tetapi anda belum menyebutkan namanya?”
Fulan:
“Namanya adalah Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi”.
Farrukh:
“Namanya Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi?”
Fulan:
“Nama aslinya Ar-Rabi’ah, tetapi para ulama dan pemuka Madinah biasa memanggilnya Ar-Rabi’ah Ar-Ra’yi. Karena setiap menjumpai kesulitan tentang nash dari Kitabullah yang tidak jelas, mereka selalu bertanya kepadanya”.
Farrukh:
“Anda belum menyebutkan nasabnya?”
Fulan:
“Dia adalah Ar-Rabi’ah putra Farrukh yang memiliki kunyah (julukan) Abu Abdurrahman. Tak lama dilahirkan setelah ayahnya meninggalkan Madinah sebagai mujahid fi sabilillah, lalu ibunya memelihara dan mendidiknya. Tetapi sebelum shalat tadi orang-orang ramai mengatakan ayahnya telah datang kemarin malam.”
Tiba-tiba meleleh air mata Farrukh, tanpa lawan bicaranya mengerti mengapa Farrukh melelehkan air matanya.
Sesampai di rumah isterinya Ummu Rabi’ah melihat suaminya meneteskan air matanya, dan bertanya kepada suaminya,
isterinya :
“Ada apa wahai Abu Abdirrahman?”
Suaminya menjawab :
“Tidak ada apa-apa. Aku melihat putraku berada dalam kedudukan itu dan kehormatan yang tinggi, yang tidak kulihat pada orang lain”, tukasnya.
Di ujung kehidupan itu, Ummu Rabi’ah bertanya kepada suaminya,
“Menurutmu manakah yang lebih engkau sukai, uang 30.000 dinar, atau ilmu dan kehormatan yang telah dicapai putramu?”.
Farrukh menjawab :
“Demi Allah, bahkan ini lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya”, ucapnya.
Begitulah kisah generasi Tabi’in yang penuh kemuliaan, dan peranan seorang ibu yang ditinggal oleh suaminya berjihad ke negeri yang sangat jauh, selama tiga puluh tahun, dan dapat mendidik putranya menjadi seorang ulama besar dan memiliki ilmu dan kehormatan yaitu Ar-Rabi’ah.
Wallahu’alam.

Subhanallah ...

Minggu, 07 Mei 2017

Nasehat Maulana Ilyas rah.a

* TARGHIB MASYAIEKH *

Maulana Ilyas Rah.a. katakan :
“Benteng terbesar bagi orang beriman adalah Dakwah. Hidupkan suasana dakwah maka Iman akan terjaga.”

Dakwah jika benar dilaksanakan dgn tertib maka musuh bisa menjadi kawan. Sedangkan dakwah yang tidak dilaksanakan dengan benar bisa membuat kawan menjadi musuh.

Usaha da'wah tabligh akan menjadikan orang yg paling buruk di dunia menjadi yg terbaik. Sebagaimana melalui usaha da'wah nya tabligh Rasulullah SAW, Umar bin Khatab ra dari ingin jadi pembunuh Nabi menjadi Amirul Mu'minin, Khalid bin Walid ra pembunuh 70 sahabat menjadi saifullah pedang ALLAH SWT.

Tetapi sebaliknya ALLAH SWT akan jadikan orang2 baik menjadi orang terburuk melalui kerja ini apabila dalam kerja ini ada maksud2 dunia dalam kerja ini. Mencari jabatan, mencari dunia, mengambil manfaat dari jamaah maka ALLAH SWT akan palingkan hatinya dr akhirat ke dunia. Dia akan jadikan agama sebagai jalan utk dapat dunia. Sebagaiman Ibnu Maljam hafiz Quran, ahli dzikir, tetapi membunuh Ali ra. Karena ingin kawin dng wanita cantik. Kata Rasulullah SAW seburuk buruknya manusia adalah yg membunuh Ali ra.

Buat kerja utk islah bukan untuk muslih orang lain. Merasa yg paling buruk, paling berdosa, paling tdk lurus imannya sehingga da'wahnya untuk memperbaiki diri BUKAN untuk menasehati orang lain dan merasa dirinya lebih baik dari orang lain. "Ana khairum minhu" saya lebih dari anda, adalah sifat iblis.

Klo tambah da'wahnya tapi tdk tambah islah dan istigfarnya maka yg tambah sombongnya. Buat kerja bukan dengan akal dan fikir sendiri, tapi dengan arahan. Maulana Yusuf rah berkata setiap titik dalam kerja ini harus ikut sirah nabawiah dari keberkahan kerja Rasulullah SAW dan sahabat rhum, bukan karangan saya.

Seorang dai, bukan mau mengirim musuh2 Islam ke neraka, tapi buat pengorbanan agar musuh2 Islam masuk surga. Kerja mengirim manusia ke Neraka adalah kerja iblis dan itu janji dia kepada ALLAH SWT, bahwa dia akan mengirim seluruh keturunan Adam as ke neraka bersama dia. Kerja iblis bertentangan dng kerja Nabi SAW. Nabi SAW buat kerja agar seluruh manusia masuk surga dng mengorbankan dirinya.

Umar bin Abdul Aziz rah tujuannya sama memperbaiki umat, tapi yg diperbaiki adalah dirinya dulu dengan mengorbankan kenikmatan2 dirinya sebagai raja. Maka umat di zamannya menjadi baik dia pun mulia.

Tanda Dakwah ini benar semakin hari semakin sayang kepada umat. Nabi SAW saking sayangnya kepada umat melihat orang meninggal tanpa iman beliau menangis sedih.

Tujuan kita keluar ini adalah latihan agar risau nabi bisa menjadi risau kita, fikir nabi bisa menjadi fikir kita, kerja nabi bisa menjadi kerja kita, dan kesedihan nabi bisa menjadi kesedihan kita.

Bagaimana risau dan fikir nabi SAW bisa masuk ke dalam diri kita ini perlu usaha, latihan, dan pengorbanan.

Bersedia semua buat pengorbanan ikut tertib. Insya Allah.......

Jumat, 05 Mei 2017

MUZAKARAH SIFAT SAHABAT NABI SAW

Allah swt. ciptakan manusia di dunia ini yaitu, untuk Dakwah dan Ibadah adapun makan, pakain, kendaraan perumahan itu hanya keperluan.
Atas maksud inilah Allah swt hantarkan Nabi dan Rasul untuk mengajari iman supaya umat memiliki keyakinan yang benar kepada Allah swt.
Bahwa hanya Allah yang kuasa selain Allah tidak kuasa apa-apa, makhluk tidak bisa berbuat apa-apa tanpa Allah, sedangkan Allah bisa buat apa saja tanpa makhluk.
Dan kasih sayang Allah, Allah hantarkan Baginda Rasulullah saw. untuk memberikan contoh bahwa satu-satunya cara untuk memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat hanya mengikuti cara Rasulullah asw.
Dan Alkhamdulillah,.... Allah swt memberikan kepada kita semua yaitu hadiah berupa perintah shalat, yang mana Allah perintahkan carilah pertolongan dengan sabar dan shalat, Wasta inu bissoberi wassolat.  
Allah swt menurunkan perintah shalat supaya memenuhi hajat-hajat kita dan menyelesaikan masalah-masalah kita yaitu dengan sabar dan shalat.
Untuk itu shalat yang bagaiman, yang dapat memenuhi hajat-hajat kita yaitu shalat Khusyuk wal Khuduk.
Untuk memperoleh shalat khusyuk wal khuduk yaitu dengan ilmu dan zikir.
Ilmu untuk membetulkan dhahirnya shalat sedangkan zikir untuk memberikan katawajuhan hati dalam shalat.
Ilmu dan zikir akan mendatangkan nusratullah yang akan mengambil manfaat dari gozanahnya Allah, untuk di bagikan kepada hamba-hamba Allah melalui sifat ikromulmuslimin.
Inilah buah dari ibadah, ahhlak yang baik mudah berbagi kepada kesesama, dan semua ini yang Mulia !
Kita kerjakan bukan untuk mencari ketenaran, bukan juga mendapatkan  sanjungan, menjadi populer. Tetapi kita jalankan semata-mata mencari Ridho Allah swt.
Inilah amalan orang-orang yang mulia Nabi-nabi, sahabat-sahabat, wali-wali Allah, orang-orang sholeh. Amalan yang demikian ini di peroleh dengan usaha Rasulullah saw yaitu Mujahadah dan pengorbanan di Jalan Allah,  maka kita bawa diri kita harta kita keluar di jalan Allah swt. mendatamgi tempat-tempat yang kosong dari amal-amal agama, maka kita hidupkan di masjid-masjid dengan ta’lim, musyawarah, jaula agar hidup amalan agama sebagaimana masjid Nabawi.
Hadirin yang mulia,...... Ulama minta kepada kita waktu secepatnya seumur hidup 4 bulan, setiap tahun 40 hari, dan setiap bulan 3 hari. Kalau sudah mampu 4 bulan setiap tahun, 10 hari setiap bulan, dan setiap harinya 8 jam kalau belum mampu 2,5 jam. Setelah pulang hidupkan amalan maqomi, karena dakwah ini ada dua kalau tidak maqomi ya intiqoli.
Kalau kita  hanya ambil salah satu saja, maka masyeh-masyeh tidak akan bertanggung jawab dakwah yang kita kerjakan, kalau kita buat amalan maqomi dan intiqoli maka masyeh-masyeh bertanggung jawab di hadapan Allah swt.
Maka sambungkan diri kita dengan markas, hadir musyawarah pekanan, malam sabgozari asar isro. Dan kita bawa istri kita untuk program masturah keluar di jalan Allah setiap 3 bulan 3 hari, setiap tahun 10 hari atau 15 hari, dan setiap 3 tahun 40 hari, dan kita bawa keluar 2 bulan india pakistan untuk belajar agama di sana.
Bersedia semua insya Allah.............