SELAMAT DATANG TELAH BERKUNJUNG DI BLOG KAMI AHBAB MERAUKE AHBAB MERAUKE /Abdul fatah Halaqoh Semangga: 2022

Rabu, 07 Desember 2022

Mengejar Shalat


Di bandara, saya melihat hampir semua orang melangkah cepat, bahkan ada yang berlarian karena takut ketinggalan pesawat. Semua orang rela bangun lebih pagi dari biasanya agar tidak ketinggalan pesawat. Apa yang menjadi alasan orang-orang ini takut ketinggalan pesawat? Jawaban rata-rata adalah soal uang. Mereka tidak ingin tiketnya hangus begitu saja. Mereka beralasan karena ada rapat penting yang tidak bisa ditunda, keperluan keluarga, dan sebagainya. Namun, rata-rata beralasan karena takut tiketnya hangus.
 
Melihat kenyataan ini, saya mencoba bercermin pada diri sendiri yang baru saja ikut terlibat dalam kegiatan ‘mengejar pesawat’ karena takut tiket hangus. Saya berpikir, apakah perjuangan saya untuk mengejar sholat sudah sebesar ini? Apakah saya rela bersiap 2 jam sebelum waktu sholat karena takut pahala sholat tepat waktu saya hangus seperti saat saya mengejar pesawat? 

Mungkin ini juga bisa jadi bahan renungan untuk teman-teman semua.
 
Tentunya harga tiket pesawat tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan nilai pahala sholat. Tapi nyatanya?

Perjuangan kita mempertahankan tiket lebih besar dibanding-kan dengan perjuangan untuk sholat tepat waktu. Kalo tiket hangus, galaunya luar biasa. Cerita ke semua orang, update status di sosial media. Sedangkan saat tertinggal sholat berjamaah ? Biasa aja tuh. 
 
*Rasulullah SAW bersabda : “Dua rakaat shalat sunnah subuh lebih baik daripada dunia dan seluruh isinya.”*
(HR. Muslim No.725).
 
Berdasarkan hadits tersebut, Rasulullah SAW dengan tegas mengatakan betapa mahalnya ‘harga’ dari sholat dua rakaat sebelum sholat subuh atau yang kita kenal dengan sholat sunnah Fajr.

Bahkan sholat tersebut lebih baik dari dunia dan seluruh isinya. Tapi apakah kita menyesal saat sholat Fajr kita hangus ?

*Relakah kita bangun lebih awal demi mengejar sholat sunnah Fajr seperti saat kita mengejar pesawat karena takut tiket kita hangus ? Tentunya hal ini harus benar-benar jadi renungan bagi kita.*
 
Selain hadits yang menjelaskan tentang betapa mahalnya sholat Fajr, Rasulullah SAW juga pernah bersabda :
*"Barangsiapa kehilangan shalat Ashar, seolah-olah ia kehilangan keluarga dan hartanya”*
(HR. Muslim).
 
*Dalam hadits tersebut, Rasulullah SAW menjelaskan ‘harga’ dari sholat Ashar. Begitu mahalnya nilai sholat Ashar, Rasulullah SAW sampai mengumpamakan bahwa seseorang yang sholat  Asharnya ‘hangus’, maka ia seolah-olah telah kehilangan keluarga dan hartanya. Subhanallah...*
 
Semoga kita dapat lebih menghargai sholat. Usahakan ontime, sama halnya seperti saat kita mengejar pesawat, bahkan lebih dari itu.

Rabu, 02 November 2022

Menikmati Pengorbanan

Di antara yang dituntut dari seorang Mukmin, apalagi pengemban dakwah, adalah pengorbanan di jalan Allah, yakni berkorban demi tegaknya agama Allah (li i‘lâ’i kalimat Allâh).

.
Setelah Rasulullah saw., para sahabat tentu saja adalah contoh terbaik dalam hal pengorbanan. Mereka adalah generasi yang sangat memahami bahwa pengorbanan di jalan Allah adalah perwujudan dari cintanya yang sejati kepada-Nya.
.
Kita mungkin pernah mendengar bagaimana ‘Singa Allah’ Khalid bin Walid, panglima perang yang gagah-berani, dengan penuh kebanggaan berkata, “Aku lebih menyukai malam yang sangat dingin dan bersalju, di tengah-tengah pasukan yang akan menyerang musuh pada pagi hari, daripada menikmati indahnya malam pengantin bersama wanita yang aku cintai atau aku dikabari dengan kelahiran anak laki-laki.” (HR al-Mubarak dan Abu Nu‘aim).
.
Kita pun mungkin ingat, bagaimana Utsman bin Madz‘un lebih rela dicukil matanya setelah menolak berada dalam perlindungan orang musyrik dan lebih memilih berada dalam perlindungan Allah. Ketika itu, pamannya, Walid bin Mughirah, berkata kepadanya, “Wahai keponakanku, dulu matamu sehat dan tidak seperti ini, karena engkau berada dalam perlindungan yang kuat.” Dengan lantang Ibn Madz‘un menjawab, “Demi Allah, mataku yang sehat perlu merasakan apa yang juga pernah dirasakan mata-mata yang lain di jalan Allah. Aku berada dalam perlindungan yang lebih kuat darimu. (HR Abu Nu‘aim).
.
Sahabat lain, Haram bin Milham, pernah tertusuk tombak dalam peperangan. Tombak itu lalu dicabut. Darah pun mengucur dari tubuhnya. Akan tetapi, ia malah berkata, “Demi Allah, aku beruntung!” (HR al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
.
Umair bin Abi Waqash, adik Sa‘ad bin Abi Waqash, saat Perang Badar, ia—yang baru berusia 16 tahun—berusaha menyelinap diam-diam ke barisan pasukan kaum Muslim untuk ikut berperang. Ia takut dipulangkan oleh Rasul karena usianya yang masih terlalu muda. Namun, ketika Rasul tahu keinginan dan semangatnya, beliau pun mengizinkannya. Umair pun dengan gembira segera berlari menuju medan perang hingga terbunuh sebagai syahid. (HR al-Hakim dan Ibn Sa‘ad).
.
Sultan Salahuddin al-Ayyubi, generasi yang lebih belakangan, begitu cintanya berkorban di jalan Allah, ia lebih menikmati kehidupan di kemah di tengah-tengah padang pasir ketimbang hidup enak di istana. Para sejarahwan menulis, “Setiap pembicaraan Sultan selalu berkisar di seputar jihad dan mujahidin. Ia selalu mengamati senjatanya dan lebih senang hidup di kemah di tengah-tengah padang pasir.”
.
Demikianlah sekilas dan sedikit contoh dari generasi terbaik umat ini pada masa lalu. Mereka bukan saja orang-orang yang siap dan rela berkorban, tetapi generasi yang selalu merindukan dan bahkan menikmati pengorbanan di jalan Allah lebih daripada mencintai diri mereka sendiri. Ingat, semua contoh di atas adalah orang-orang yang rela mengorbankan sesuatu yang paling berharga dari diri mereka, yakni jiwa mereka.
.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mempertaruhkan kehidupan kita di jalan Allah? Jika sudah, berapa bagian harta kita yang telah kita infakkan di jalan Allah dibandingkan dengan yang kita keluarkan untuk anggaran BBM mobil kita setiap harinya? Berapa banyak pula waktu, tenaga, dan pikiran yang telah kita habiskan di jalan Allah dibandingkan dengan yang telah kita habiskan untuk memenuhi kebutuhan duniawi kita?
.
Ingatlah, Islam senantiasa menunggu pegorbanan setiap Muslim. Ingatlah pula, tegaknya Islam pada masa lalu dalam wujud Daulah Islam di Madinah telah menguras begitu banyak keringat, airmata, bahkan darah kaum Muslim; menyita begitu banyak harta mereka; dan mengorbankan begitu banyak jiwa mereka. Karena itu, tegaknya kembali Islam dalam wujud Khilafah Islamiyah yang kita cita-citakan juga membutuhkan pengorbanan yang serupa dengan pengorbanan generasi Muslim pada masa lalu. Dengan itulah mereka berhasil menegakkan Daulah Islam di Madinah dan memperluas kekuasaannya di jazirah Arab. Pengorbanan yang sama dilakukan oleh generasi Muslim pada masa Khulafaur Rasyidin dan para khalifah setelahnya hingga kekuasaan Islam semakin meluas, menguasai hampir dua pertiga wilayah dunia.
.
Jelaslah, Islam membutuhkan pengorbanan kita. Semakin banyak kita berkorban, semakin dekat kita pada kemenangan. Sebaliknya, semakin sedikit kita berkorban, semakin jauh pula kita meraih kemenangan.
.
Karena itu, jauhkanlah sikap bahwa kita telah cukup banyak berkorban hanya karena kita telah menjadi bagian dari pengemban dakwah, di tengah-tengah banyaknya kaum Muslim yang tidak berdakwah. Janganlah pula kita berpikir bahwa aktivitas dakwah adalah aktivitas ‘sampingan’ dan temporer yang bisa kita lakukan setelah kita memenuhi seluruh kebutuhan kita dan hanya pada saat-saat tertentu saja. Bukankah Rasul saw. sendiri menghabiskan hampir seluruh hidupnya untuk berdakwah? Bukankah Rasulullah melibatkan diri dalam lebih dari 70 kali peperangan selama hidupnya? Bukankah Ammar bin Yasir masih ikut berperang di jalan Allah dalam usia 90 tahun—meskipun rambutnya telah beruban, tubuhnya telah melemah, dan tulang-tulangnya telah merapuh? Bukankah pula Abu Sufyan masih terus bersemangat memotivasi pasukan kaum Muslim dalam peperangan dalam usia 70 tahun?
.
Karena itu, kita berharap, tidak ada lagi pengemban dakwah yang malah tidak lagi aktif berdakwah setelah lulus kuliah, setelah menikah, setelah punya anak, ataupun setelah disibukkan oleh kerja mencari nafkah atau berbisnis. Kita pun berharap, kita yang mengklaim sebagai pengemban dakwah, dan berada di barisan dakwah paling depan, sejatinya tidak merasa telah cukup berkorban dengan hanya menghadiri halaqah, membayar infak rutin, atau berlangganan bulletin saja; sementara di luar itu kita tidak berdakwah, atau berdakwah secara minimalis. Sebab, mungkinkah dengan ‘pengorbanan’ seperti ini Khilafah Islam akan bisa ditegakkan kembali oleh para pengembannya?!
.
Ya Allah, tumbuhkanlah dalam diri kami, kesiapan dan kerelaan untuk selalu berkorban di jalan-Mu, serta anugerahilah kami kenikmatan di dalamnya. Aamiin.

Oleh : Ustadz Arief B. Iskandar

Minggu, 23 Oktober 2022

Panduan Menulis Arab

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Segela puji bagi Allah yang telah memberi taufiq dan dan Hiadayah kepada kita semua sehingga kita semua tetap selalu dalam ketaatan perintah Allah dan ikut sunnah Rasulullah saw sampai akhir hayat. amin... kali ini saya akan berbagi cara panduan untuk menulis arab dengan aplikasi Arabic Pad sperti video di bawah ini

Untuk download aplikasinya Bisa link di Sini


Rabu, 19 Oktober 2022

Menjadikan Dakwah Maksud Hidup

 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh… Bismillaahirrahmaanirrahiim


Sadarkah kita bahwa alam semesta Allah swt ciptakan untuk manusia sebagai ujian, sedangkan manusia Allah swt ciptakan untuk negeri akhirat , barang siapa yg tahu maksud dia di ciptakan maka akan berjaya begitu juga sebaliknya, apabila kita tidak mengerti maksud Allah ciptakan kita maka kegagalan dari sejuta kegagalan yang akan kita terima , baik di dunia yang sementara ini maupun di akhirat yang selama-lamanya.


Allah swt ciptakan kita untuk meneruskan kerja Nabi saw, mengajak umat untuk takluk dan taat kepada Allah swt.


Sebagaimana firman-Nya : " Kamu(umat Muhammad) adalah sebaik-baiknya umat yang di lahirkan untuk faedah manusia, kamu menyeru ( berbuat ) kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah swt."


Ertinya kita adalah umat terbaik dan akan tetap menjadi umat terbaik apabila ada 3 perkara dari diri kita : menyeru ( berbuat ) kebaikan, mencegah dari kemungkaran dan beriman kepada Allah swt. Tetapi apabila 3 perkara ini tidak ada dalam diri kita maka kehancuran dan kehinaan yang akan terjadi.


Kalau kita lihat di dalam alqur'an hanya beberapa ayat saja yang berkenaan dengan ibadah ( shalat, zakat , puasa dst ) tapi ayat-ayat yang membahas tentang dakwah
( menyeru berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran ) begitu banyaknya.


Banyak ayat yang menceritakan dakwah para nabi terhadap kaumnya dan bagaimana para nabi mendapatkan kesulitan dalam berdakwah, bahkan di dalam alqur'an juga diceritakan dakwah para binatang ( burung hud-hud dan semut pada zaman Nabi Sulaiman as ) intinya hampir keseluruhan isi alqur'an berisikan tentang dakwah dan bagaimana dakwah itu di buat.


Dakwah adalah mutiara di awal zaman dan akan tetap menjadi mutiara di akhir zaman. Allah swt utus 124,000 Anbiya sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw hanya untuk dakwah, mereka menghabiskan waktu dan fikirnya agar bagaimana setiap hati manusia kenal dan taat kepada Allah swt.


Membentuk hati manusia merupakan perkara yang sangat penting, agar sifat-sifat mulia masuk pada setiap diri manusia. Apabila sifat-sifat yang mulia ini masuk ke dalam diri manusia, mereka akan taat pada perintah Allah swt, dan akan meninggalkan seluruh larangan Allah swt. Namun sebaliknya jika hati tidak punya sifat-sifat mulia, manusia akan menjadi lebih "buas" daripada binatang.


Dahulu dikota Makkah kaum jahiliyah sangatlah buruk akhlaknya. Ditengah-tengah kejahilan kafir Quraisy, Nabi Muhammad saw dilahirkan. Sejak ia lahir sampai berusia 40 tahun tidak ada dakwah sehingga orang-orang kafir Quraisy belum berubah. Setelah berumur 40 tahun beliau diangkat menjadi Nabi. Sekembalinya dari Gua Hira , Nabi saw mulai berdakwah di ....kota.... Mekkah.


Lelaki pertama yang menerima dakwah beliau adalah Abu Bakar Shiddiq ra., Wanita pertama yang mengakui kerasulan Muhammad saw adalah istri beliau Khadijah r.ha. dan pemuda yang masuk Islam adalah Ali bin Abi Thalib.


Dengan berbagai pengorbanan , rintangan dan tentangan serta fikir, risau dan gerak Rasulullah saw dan para sahabat memulai dakwah ini. Mereka yakin dengan janji-janji Allah, menyandarkan hanya kepada Allah atas setiap permasalahan hidup. Yang pada akhirnya penduduk Mekkah dan Madinah begitu banyaknya masuk Islam. Suasana dan keadaan tanah Hijaz Jajirah Arab berubah menjadi sumber hidayah ke seluruh alam.


Kita lihat Bani Israil, mereka anak cucu Nabi yang berpusat di Mesir. Mereka keturunan para Nabi, tapi kerana meninggalkan dakwah maka Allah swt hinakan mereka.


Kesimpulannya, jika dakwah dibuat maka akan lahir dari rahim-rahim wanita kafir menjadi para pejuang agama ( para sahabat nabi ), tapi apabila dakwah ditinggalkan maka akan lahir dari rumah-rumah orang Islam para penentang agama.


Apabila setiap hari kita buat dakwah maka akan lahir keyakinan yang sempurna terhadap Allah swt, kerana sesungguhnya dakwah merupakan sarana tarbiah untuk mencapai kesempurnaan iman secara bertahap-tahap. Dengan dakwah setiap orang diharapkan :


1.Yakin / Iman mereka seperti Iman dan Yakinnya Nabi saw.

2.Risau dan Fikir seperti risau dan fikirnya Nabi saw.

3.Maksud / tujuan hidup seperti Maksud / tujuan hidup Nabi saw.

4.Mizas kecintaan seperti Mizas / kecintaan Nabi saw.

5.Tertib hidup seperti tertib hidup Nabi saw.


Ukuran kerja dakwah adalah bagaimana semakin hari para pekerja dakwah semakin dekat dengan Allah swt, Iman , amal dan hatinya hari demi hari menjadi baik. Hubungan dengan keluarga semakin baik , dengan tetangga, dengan rakan-rakan di kantor dan lain-lain sebagainya menjadi baik. Bila kita buat dakwah hari-hari tapi Iman , amal dan hatinya tidak berubah masih sama seperti ketika kita belum buat dakwah, bererti ada yang salah dengan dakwahnya atau barang kali ada yang salah dengan niatnya ketika berdakwah. ....


Ukuran kerja dakwah bukan untuk orang lain tapi untuk diri kita, bagaimana dirika ini semakin dekat dengan Allah.  Allah swt tidak melihat hasil dari usaha kita , tapi Allah swt melihat kesungguhan dan ketaatan kita dalam menjalankan setiap perintah-Nya ....


Sebagai mana di ceritakan ketika Ibrahim telah menyelesaikan pembangunan ka'bah, dia berkata : "Ya Allah, aku telah menyelesaikan pembangunan rumah-Mu yang suci." Allah pun menjawab,"Wahai Ibrahim, serulah manusia niscaya mereka akan datang untuk mengerjakan haji ." Ibrahim as berkata,"Ya Allah, bagaimana suaraku akan sampai kepada mereka?" Allah menjawab, "Engkau hanya menyeru perintahku, sedangkan akulah yang akan menyampaikan kepada mereka.".....


Begitu juga dengan kita hari ini , lakukan saja yang menjadi tugas kita selebihnya biar Allah yang selesaikan. Nabi Nuh as buat dakwah selama 950 tahun hanya menghasilkan 83 orang bahkan anak dan Istri Nabi Nuh menentang dakwah Nabi Nuh. Tapi Nabi Nuh tetap buat dakwah semaksimal mungkin. Masalah ada yang suka atau tidak itu bukan urusan kita , yang menjadi urusan kita kalau kita tidak buat dakwah, kerana Allah pasti akan hinakan kita. Masalah ada orang yang menentang biar Allah swt yang selesaikan, tugas kita hanyalah lagi dan lagi buat dakwah untuk memperbaiki diri. ....


Kita dapat lihat Kaum 'Ad yang menentang Nabi Hud di hancurkan Allah dengan angin taufan. Kaum Tsamud yang menentang dakwah Nabi Shalih Allah hancurkan dengan bunyi trompet Malaikat, sehingga jantung mereka gugur. Begitu juga dengan Nambrut yang menentang Nabi Ibrahim as dan Fir'aun yang menentang Nabi Musa as. intinya kita lakukan apa yang Allah swt perintahkan selebihnya biar Allah swt yang selesaikan.....


Semoga Allah swt gunakan harta dan diri kita untuk agamanya, menjadikan dakwah maksud hidup, hidup untuk dakwah,dakwah samapi mati dan mati dalam dakwah dan membangkitkan kita kelak menjadi umat baginda Rasulullah saw. amien..... 

Minggu, 16 Oktober 2022

Pentingnya Pengorbanan Agama

Berkorban Untuk Agma

Menceritakan setelah belajar khuruj 3 Hari (Kargozari)

Jangan Tinggalkan Sunnah

Pentingnya Menghidupkan Sunnah




Rabu, 28 September 2022

Mukhasabah

 


USIA YANG TERSISA

Jangan terlalu keras untuk menyesuaikan diri

dengan dunia, Karena kita datang bukan untuk menetap.

Mungkin kita terlalu percaya diri, bahwa umur kita masih panjang dan nasehat tentang kematian selalu kita anggap angin lalu. Kita selalu menganggap pintu ampunan masih terbuka padahal belum tentu.

Hari ini kita masih di atas tanah, bisa jadi esok hari tanah yang di atas kita. Selalu berbuat baik, selagi masih ada kesempatan. Karena kematian juga tidak menunggu kita untuk jadi orang baik.

Kematian itu pasti dan ia datang pasti tepat waktu. Tidak akan terlambat atau terlalu cepat.

Entah dengan apa kenangan dapat terganti? Yang jelas masa pasti terlewati kita akan terlupa, menua dan menuai.

Semoga setiap detik dari usia yang tersisa,

adalah episode taubat kita, Aamiin...